Senin, 28 Juni 2010

askeb hepatitis

PENGKAJIAN PADA Tn. “D” DENGAN DIAGNOSA MEDIS HEPATITIS DENGAN MASALAH GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DI RUANG 2B DEWASA RSI SITI HAJAR SIDOARJO












Oleh :
PARAMITHA SARI FAMUZI
NIM : 2008 01 0827




SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
PROGRAN STUDI D-III KEBIDANAN
2009
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Konsep Dasar Hepatitis
1.1.1. Definisi
Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toxin, seperti kimia atau obat atau agen penyebab infeksi. ( Suriadi, dkk. 2001 )
Hepatitis adalah penyakit infeksi dengan gejala utama berhubungan dengan adanya nekrosis pada hati. Biasanya disebabakan oleh virus yaitu virus hepatitis A, virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan virus-virus yang lainnya. ( Arif, Mansjoer. 2001 )
Hepatitis adalah radang hati akut karena infeksi oleh virus hipototropik. Hepatitis viral memberikan suatu spektrum tanda-tanda klinis dan manifestasi laboratorium yang luas. Ini dapat berkisar, menurut parahnya penyakit yang tidak jelas ( inapperent ), infeksi yang asimtomatik, sampai penyakit yang fulminan, yang dapat menyebabkan kematian dalam beberapa hari saja. Kebanyakan pasien hepatitis viral menunjukkan pola penyakit yang khas ( atypicalpatten ) ditemukan pada sebagian yang kecil saja. ( Standar Asuhan Keperawatan RSI Siti Hajar Sidoarjo. 2009 )
1.1.2. Etiologi Hepatitis
Hepatitis biasanya terjadi karena virus terutama salah satunya dari kelima virus hepatitis, yaitu virus hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis juga bisa terajadi karena infeksi virus lainnya seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning, cytomegalovirus, varicella zoster, herpes virus, Epstein Barr Virus ( ER V ), rubbeladan coxakie B. Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan. ( Suriadi, dkk. 2006 )
1.1.3. Manifestasi Klinis
a. Stadium praikterik, berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot dan perut kanan atas. Urin menjadi lebih coklat.
b. Stadium ikterik, yang berlangsung selama 3-6 miggu. Ikterus mula-mula terlihat pada sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan berkurang, tetapi pasien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
c. Stadiun pascaikterik ( rekonvalensi ). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal lagi. Penyenbuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang dewasa.
Ganbaran klinis hepatitis virus bervariasi, mulai dari yang tidak merasakan apa-apa atau hanya mempunyai keluhan sedikit saja sampai keadaan yang berat, bahkan koma dan kematian dalam beberapa hari saja.
Pada golongan hepatitis enapparent, tidak ditemukan gejala. Hanya diketahui bila dilakukan pemeriksaan faal hati ( peningkatan serum transamilase ) dan biopsi menunjukkan kelainan.
Pada hepatitis anikterik, keluhan sangat ringan dan samar-samar, umumnya anoreksia dan gangguan pencernaan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan hiperbilirubinemia ringan dan bilirubinuria. Urin secara makroskopik berwarna seperti teh tua dan apabila dikocok akan memperlihatkan busa berwarna kuning kehijauan.
Bentuk hepatitis akut yang ikterik paling sering ditemukan dalam klinis. Biasanya perjalanan jinak dan akan sembuh dalam waktu kira-kira 8 minggu.
Hampir semua hepatitis fulminan mempunyai prognosis jelek. Kematian biasanya terjadi dalam 7-10 hari sejak mulai sakit. Pada waktu yang singkat terdapat gangguan neurologi, for hepatik dan muntah-muntah yang persisten. Terdapat demam dan ikterus yang menghebat dalam waktu singkat. Pada pemeriksaan didapatkan hati yang mengecil, purpura dan perdarahan saluran cerna.
Pada hepatitis persisten, tidak terdapat kemajuan dari periode akut dan seluruh perjalanan penyakit. Penurunan bilirubin dan transaminase terjadi perlahan-lahan. Pasien masih mengeluh lemah dan cepat leleh, meskipun nafsu makan telah membaik. Pekerjaan fisik akan memperburuk hasil pemeriksaan fungsi hati. Golongan ini akan sembuh sempurna dalam waktu antara1-2 tahun.
Ada pula bentuk hepatitis yang subakut atau submassive hepatic necrosis yang perjalanan penyakitnya progresif. Pemeriksaan biokimiawi lebih menunjukkan tanda-tanda obstruksi dengan peninggian fosfatase alkali dan kolestrol dalam serum. Sesudah masa ikterus yang lama, biasanya pasien akan sembuh dalam waktu 12 bulan.
Pada hepatitis kolangitik, ikterusnya hebat disertai pruritus, biasanya berlangsung lebih dari 4 minggu. Sedangkan pada sindroma pascahepatitis, beberapa pasien, terdapat keluhan-keluhan subyektif menetap seperti anoreksia, lemah, perasaan tidak enak di perut, atau gangguan pencernaan, atau berat badan yang tidak naik. Pemeriksaan fungsi hati biasanya sudah kembali normal. ( Arif, Mansjoer. 2001 )
1.1.4. Patofisiologi Hepatitis
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada hypatocytes oleh sel mononukleus. Proses ini dapat menyebabkan degenerasi dan nekrosis sel parenchym hati.
Respon peradangan menyebabkan pembengkakan dan memblokir sistem drainage hati. Keadaan ini menjadikan stasis empedu ( biliary ), dan empedu tidak dapat diekskresikan ke dalam kantong empedu dan bahkan ke dalam usus. Sehingga meningkatkan dalam darah sebagai hyperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hepatocelluler joundice.
Hepatitis tejadi dari yang asymtomatic sampai dengan timbulnya sakit dengan gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2-3 bulan, lebih gawat lagi bila dengan nekrosis sel hati dan bahkan kematian. Hepatitis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dengan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai carrier penyakit dan risiko berkembang menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati.
Ada lima utama hepatitis dengan nama alphabet. Pertama hepatitis A ( infectious hepatitis ) dan hepatitis B ( viral hepatitis ). Hepatitis A ditularkan melalui saluran gastrointestinal ( oral fecal ), hepatitis B melalui darah ( bloodborne ), hepatitis D ( delta ) juga melalui darah tetapi lebih pada penggunaan obat-obat melalui intravena, dan individu dengan hemopilia. Hepatitis nonA dan nonB melalui darah, tetapi dengan kausatif virus tanpa isolasi. Kemudian hepatitis E penularannya melalui ( oral fecal ) pada orang dewasa.
Hepatitis A masa inkubasinya kira-kira 28-30 hari ( dengan jarak 15 hari ). Hepatitis B masa inkubasi 1-6 bulan ( dengan jarak 3-4 bulan ), hepatitis C masa inkubasinya 4-12 minggu. (Suriadi, dkk. 2006 )
1.1.5. Komplikasi
- Gangguan fungsi hati
- Penyakit kronik hati seperti cirrhosis atau hepatitis kronik persisten
- Carcinoma hepatic
- Kematian karena gagal fungsi hati (Suriadi, dkk. 2006 )
1.1.6. Pencegahan
Terhadap virus hepatitis A
• Penyebaran secara fecal-oral , pencegahan masih sulit karena adanya karier dari virus hepatitis A yang sulit ditetapkan.
• Virus ini resisten terhadap cara-cara sterilisasi biasa, termasuk klorinasi. Sanitasi yang sempurna, kesehatan umum dan pembuangan tinja yang sangat baik sangat penting. Tinja, darah dan urin pasien dianggap infeksius. Virus dikeluarkan di tinja melelui sekitar 2 minggu sebelum ikterus.
Terdapat virus hepatitis B
• Dapat ditularkan melalui darah dan produk darah. Darah tidak dapat disterilkan dari virus hepatitis. Pasien hepatitis sebaiknya tidak menjadi donor darah.
• Usaha pencegahan yang paling efektif adalah iminisasi . imunisasi hepatitis B dilakukan terhadap bayi-bayi setelah dilakukan penyaringan HbsAg ibu-ibu hamil. Namun saat ini, dibeberapa negara ( termasuk Indonesia dengan program pengembangan imunisasinya ) bayi-bayi yang lahir diberi vaksinasi hepatitis B tanpa melakukan pemeriksaan penyaringan pada ibunya.
Pencegahan dengan imonoglobulin.
Pemberian imonoglobulin ( HBIg ) dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi pengaruh yang baik, sedangkan pada hepatitis serum masih diragukan kegunaanya. Diberikan dalam dosis 0,02 ml/kg BB secara IM dan ini dapat mencegah timbulnya gejala pada 80-90 %. Diberikan pada mereka yang dicurigai ada kontak dengan pasien. ( Arif, Mansjoer. 2001 )
1.1.7. Pemeriksaan Diagnostik
- Riwayat joundice
- Riwayat kebersihan dan mungkin ada limbah pabrik
- Pemeriksaan fungsi hati, SGOT, SGPT, bilirubin dan sedimen
- Identifikasi antigen ( IgM anti-HAV dan IgM anti HBV )
- Biopsi hati (Suriadi, dkk. 2006 )
1.1.8. Penatalaksanaan
Terdiri dari istirahat, diet dan pengobatan medikametosa.
a. Istirahat
Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kekecualian diberikan kepada mereka dengan umur tua dan keadaan umum yang buruk.
b. Diet
Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau mual muntah sebaiknya diberikan infus. Jika sudah tidak mual muntah lagi, diberikan makanan yang cukup kalori ( 30-35 kal/ kg BB ) dengan protein cukup ( 19/ kg BB ). Pemberian lemak sebaiknya tidak perlu dibatasi. Dulu ada kecenderungan untuk membatasi lemak, karena disamakan dengan penyakit kantung empedu. Dapat diberikan diet hati II dan III.
c. Medikamentosa
• Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin darah. Kortikosteroid dapat digunakan pada kolestasis yang berkepanjangan, dimana transaminase serum sudah kembali normal tetapi bilirubun masih tinggi. Pada keadaan ini dapat diberikan prednison 3x10 mg selama 7 hari kemudian dilakukan tapering off.
• Berikan obat-obatan yang bersifat melindyngi hati.
• Antibiotik tidak jelas kegunaanya.
• Jangan diberi antimetik. Jika perlu sekali dapat diberikan golongan fenotiazin.
• Vit K diberikan pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. Bila pasien dalam keadaan prekoma atau oma.
d. Pemberian hidrasi dan nutrisi yang adekuat.

1.2. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1.2.1. Definisi
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit adalah suatu proses dinamika karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.
( Tarwoto, 2003 )
1.2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
a. Usia, variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh metabolisme yang diperlukan dan berat badan.
b. Temperatur lingkungan, panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCL melalui keringat sebanyak 15-30 g /hari.
c. Diet, pada saat tubuh kekurangan nutrisi tubuh akan memecah cadangan energi, proses akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intra seluler.
d. Stress dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan da elektrolit, melelui proses peningkatan produksi ADH karena pada proses ini dapat meningkatkan metabolism sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi natrium dan air.
e. Sakit pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan cairan. ( Uliya, Misrifatul, dkk. 2006 )
1.2.3. Pergerakan Cairan Tubuh
a. Difusi adalah proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit didifusikan menembus membran sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh molekul, konsistensi larutan dan temparatur.
b. Osmosis adalah pergerakan pelarut bersih seperti air, melalui membran semi permiabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
c. Transpor aktif adalah bahan bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
( Tarwoto, 2003 )
1.2.4. Tanda dan Gejala Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
a. Karakteristik cairan
Karakteristik jaringan yang relevan untuk menentukan adanya kekurangan cairan, diantaranya :
- Keringnya kulit dan selaput lender.
- Mukosa mulut dan bibir mungkin tertutup suatu lapisan keputih-putihan dan pacah-pecah.
- Getah lendir yang dikeluargan menjadi lebih lekat.
- Jaringan yang kehabisan cairan akan menimbulkan satu ciri yang khas pada mata, seperti tenggelam karena bantalan-bantalan lemak untuk bola mata telah mengalami dehidrasi.
- Pada bayi ubun-ubunya cekung.
- Turgor menurun karena sel-sel jaringan kehilangan elastisnya (cairan interstiti berkurang).
b. Manifestasi
- Coma.
- Disorientasi (linglung).
- Halusinasi.
- Hiperaktivity.
- Menarik diri.
c. Pengukuran
- Kenaikan suhu badan biasanya menyertai kekurangan cairan, pertumbuhan/ penyusutan sebanyak 1 kg setara dengan 1 liter air.
- Hasil tes darah dan air seni.
( Tarwoto, 2003 )


1.2.5. Masalah Keseimbangan Cairan
a. Hipovolemik
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume Cairan Ekstra Seluler (CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastronteitestinal, perdarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik.
Gejala : Pusing, lemah, letih, aneroksia, mual muntah, rasa haus, gangguan mental, konstipasi dan oligurasi, penurunan TD, HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering dang kasar, begitu juga mukosa mulut kering.
b. Hipervolemik
Adalah penambahan/ kelebihan volume CES dapat terjadi karena:
- Stimulasi kronis ginjal menahan natrium dan air.
- Fungsi ginjal abnormal dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
- Kelebihan pemberian cairan.
- Perpindahan cairan intersital ke plasma.
( Tarwoto, 2003 )
1.2.6. Tindakan Untuk Mengatasi Masalah/ Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

a. Pemberian cairan melalui infus.
Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan cara memasukkan cairan melalui intravena dengan bantuan perangkat infus. Tujuannya pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.
b. Transfusi darah.
Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang membutuhkan darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan seperangkat alat tranfusi, tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perkusi jaringan. ( Uliya, Misrifatul, dkk. 2006 )


BAB II
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian Data
Tanggal MRS : 02 Januari 2010 Jam : 16.30 WIB
Tanggal Pengkajian : 03 Januari 2010 Jam : 17.00 WIB
No. Register : 176021
Ruangan : Kelas II-B Dewasa RSI Siti Hajar Sidoarjo
Diagnosa : Hepatitis
1.1. Data Subyektif
1.1.1. Biodata
Nama : Tn. “D” Nama istri : Ny. “L”
Umur : 29 tahun Umur : 27 tahun
Pendidikan : Sarjana Pendidikan : SMA
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : IRT
Penghasilan : ± Rp. 1.500.000,- Penghasilan : -
Kawin ke : 1 ( satu ) Kawin ke : 1 ( satu )
Lama kawin : 2 tahun Lama kawin : 2 tahun
Alamat : Griyo Mapan Alamat : Griyo Mapan
Sentosa Blok H 1 Sedati Sentosa Blok H 1 Sedati

1.1.2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri perut bagian kanan, nyeri pinggang dan merasakan badanya lemas.
1.1.3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan sudah mulai panas sejak tanggal 28 Desember 2009. Kemudian tanggal 29 Desenber 2009 dibawa berobat ke dokter dan diberi obat penurun panas. Selang beberapa jam kemudian panasnya turun. Selang beberapa jam panasnya bertambah. pada tanggal 02 Desember 2010 panasnya semakin bertanmbah dan disertai mual dan nyeri perut sebelah kanan. Istri pasien khawatir dan langsung di bawa ke RSI Siti Hajar Sidoarjo pada pukul 16.30 WIB.
1.1.4. Riwayat Kesehatan Yang Dulu
Pasien mengatakan sebelumnya sudah pernah masuk rumah sakit karena menderita penyakit DBD ( Demam Berdarah Dengue ) dan dema thypoid dan dirawat di rumah sakit selam 7 hari. Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit menurun seperti DM ( Diabetes Militus ), tekanan darah tinggi dan penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan HIV/ AIDS.
1.1.5. Riwayat kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarganya ada yang pernah menderita penyakit asma tetapi tidak ada yang pernah menderita penyakit menurun seperti DM ( Diabetes Militus ), tekanan darah tinggi dan penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan HIV/ AIDS.
1.1.6. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola nutrisi
• Sebelum sakit : Makan : Istri pasien mengatakan, pasien makan 3-4 X/ hari, porsi sedang, 1 piring habis nasi + sayur + lauk pauk + buah.
Minum : Istri pasien mengatakan minum 2 botol aqua ( 1,5 liter air putih/ hari )
• Saat sakit : Makan : Saat pengkajian pasien makan 1 porsi bubur tim + daging, I porsi habis.
Minum : Saat pengkajian pasien minum 200 cc.
b. Pola eliminasi
• Sebelum sakit : BAB : Istri pasien mengatakan BAB 1X/ hari, konsistensi padat, warna coklat kekuningan, bau khas.
BAK : 8X/ hari, warna kuning jernih, bau khas.
• Saat sakit : BAB : Saat pengkajian pasien sudah BAB 2X dengan konsistensi cair.
BAK : Selama di Rumah Sakit pasien sudah BAK 8X/ hari, warna kuning kemerahan, bau khas,
c. Pola istirahat
• Sebelum sakit : Istri pasien mengatakan
Siang : 13.00-14.30 WIB, efektif
Malam : 19.30-05.00 WIB, efektif
• Saat sakit : Siang : 12.00-16.00 WIB, tidak efektif
Malam : 20.00-05.00 WIB, tidak efektif
d. Pola aktivitas
• Sebelum sakit : Istri pasien mengatakan kegiatanya sehari-hari yaitu bekerja sebagai karyawan swasta disebuah perusahaan.
• Saat sakit : Pasien istirahat total, berbaring ditempat tidur dengan posisi supinasi.
e. Personal hygien
• Sebelum sakit : Mandi 2-3X/ hari, karmas 2X/ minggu, ganti baju 2-3X/ hari
• Saat sakit : Istri pasien menyeka pasien 2X/ hari, dan ganti baju 1X/ hari
1.1.7. Psikososial
Istri pasien mengatakan hubungan antara keluarga dan lingkungan baik, begitu juga dengan saudara dan anak-anaknya. Serta hubungan perawat dengan pasien lainnya juga baik.
1.1.8. Sosial Budaya
Istri pasien mengatakan suaminya dilarang makan dan minum yang banyak mengandung cafein, alcohol seperti minuman keras, obat-obatan terlarang, dll.
1.2. Data Obyektif
1.2.1. Keadaan umum : Baik
1.2.2. Kesadaran : Composmetis
GCS : Buka mata ( E ) : 4 = spontan
Respon motoruk terbaik ( M ) : 5 = orientasi baik dan sesuai
Respon verbak terbaik ( V ) : 6 = mengikuti perintah


1.2.3. TTV : TD : 120/90 mmHg
Nadi : 84 X/ menit
Suhu : 37 º C
RR : 20 X/ menit
1.2.4. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok, warna hitam, rambut lurus, tidak ada lesi.
Mata : Simetris, conjungtiva sedikit pucat, sclera kuning, daya akomodasi baik.
Hidung : Simetris antara kedua lubang hidung, tidak ada polip, lubang hidung bersih, tidak da lesi, tidak ada secret, tidak ada PCH.
Muka : Pucat, simetris, tidak da oedema.
Mulut & gigi : Tidak labioskizis. Tidak stomatitis, bibir kering, tidak ada gigi palsu, bibir pecah-pecah, tidak ada pembesaran tonsil.
Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada lesi.
Leher : Bentuk leher simetris antara kanan dan kiri, tidak ada lesi, tidak ada oedema, bersih, tidak ada pembesaran kel.tiroid.
Axilla : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kel.limfe.
Dada : Tidak ada lesi, bentuk dada simetris,
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada oedema
Punggung : Simetris antara liri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada kelainan tulang punggung.
Genetalia : Bersih, tidak ada kelainan genetalia.
Anus : Bersih, tidak ada hemoroid.
Eks. Atas : Simetris, jumlah jari nomal, tidak polidaktil, tidak sindaktil, tidak brahkidaktil, terpasang infus di tangan sebelah kiri yaitu cairan RL 20 tpm, tidak ada oedema
Eks. Bawah : Simetris, jumlah jari nomal, tidak polidaktil, tidak sindaktil, tidak brahkidaktil, tidak ada lesi, tidak ada oedema.

b. Palpasi
Kepala : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, rambut tidak rontok.
Mata : Tidak ada palpebra oedema.
Hidung : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan,.
Leher : Tidak ada pembesaran kel.tyroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
Axilla : Tidak ada pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri tekan.
Abdomen : Ada pembesaran hepar, ada nyeri tekan pada perut sebelah kanan.
Dada : Tidak ada nyeri tekan.
c. Auskultasi
Dada : Tidak ada wheezing, tidak ada ronchi.
Abdomen : Tidak acites.
d. Perkusi
Dada : Tidak sakit waktu diketuk.
Abdomen : Tidak meteorismus.
Eks. Bawah : Reflek patella +/ +
1.2.5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Speciment Metode Hasil Nilai normal
FAAL GINJAL
*BUN
- BUN

darah

16,7

4,7-23,3 mg/ dl
* Creatinin
- Creatinin
darah
1,65 L: 0,7-1,2 mg/ dl
P: 0,8-1,0 mg/ dl
FAAL HATI
*SGOT/ SGPT
- SGOT
- SGPT

darah
darah

157
165

0,40 mg/ dl
0,40 mg/ dl
HEMATOLOGI
*Darah lengkap
- Eritrosit
- HB

- HCT
- Hitung jenis
- Leukosit
- Trombosit

darah Terla-pir

3,0-6,5 juta/ cmm
L: 13,5-18,0 gr %
P: 11,5-18,0 gr %
-
35.0-50.0 %
4000-10000/ cmm
150-450 ribu/ cmm



WBC : 7.9 10 ³/ mm³ < 3.5-10.0 >
RBC : 4.77 10 ³/ mm³ < 3.80-5.80 >
HGB : 13.6 g/ dl < 11.0-16.5 >
HCT : 40.6 % < 35.0-50.0 >
PLT : 154 10 ³/ mm³ < 150-390 >
PCT : .117 % < .100-.500 >
MCV : 85 µm³ < 80-97 >
MCHC : 33.4 g/ dl < 31.5-35.0 >
RDW : 14.3 % < 10.0-15.0 >
MPV : 7.0 µm³ < 6.5-11.0 >
RDW : 11.9 % < 10.0-18.0 >

DIFF
%LYM : 25.7 % < 17.0-48.0 >
%MON : 5.4 % < 4.0-10.0 >
%GRA : 68.9 % < 43.0-76.0 >

#LYM : 2.0 10 ³/ mm³ < 1.2-3.2 >
#MON : 0.4 10 ³/ mm³ < 0.3-0.8 >
#GRA : 5.5 10 ³/mm ³ < 1.2-6.8 >
1.2.6. Terapi
- RL : D5 % 20 tpm
- Drip Cernevit 2 mililiter ( ml ) 1 X 1
- Inj. Combicef 1 gram ( g ) 2 X 1
- Inj. Antrain 2 mililiter ( ml ) 2 X 1
- Inj. Cephaflox 1 gram ( g ) 3 X 1
- Inj. Pepzol 40 miligram ( mg ) 2 X 1
II. Interprestasi Data Dasar
Diagnosa : Tn. “D” umur 29 tahun dengan diagnosa hepatitis
Ds : Pasien mengatakan nyeri perut bagian kanan, nyeri pinggang dan merasakan badanya lemas.
Do : - Nyeri tekan pada perut bagian kanan
- Muka pucat
- Bibir kering
- Hasil TTV : TD : 120/90 mmHg
Suhu : 37 º C
Nadi : 84 X/ menit
RR : 20 X/ menit
- Mata ikterus
Masalah : Gangguan rasa nyaman ( nyeri perut ) berhubungan dengan adanya infeksi pada hepar.
Ds : Pasien mengatakan nyeri perut bagian kanan, nyeri pinggang dan merasakan badanya lemas.
Do : - Muka pucat
- Mata ikterus
- Bibir kering
- Kulit sedikit kuning
- Hasil TTV : TD : 120/90 mmHg
Suhu : 37 º C
Nadi : 84 X/ menit
RR : 20 X/ menit
Kebutuhan dasar:
- Kebutuhan rasa nyaman
- Kebutuhan cairan dan elektrolit
Asuhan keperawatan:
- Beri penjelasan pada pasien tentang penyebab nyeri.
Rasional : Kurangnya pengetahuan menyebabkan ketidaknyamanan dan akan mempengaruhi emosi pasien.
- Observasi nyeri dan karakteristiknya termasuk kualitas, kuantitas, frekuensi lama dan lokasi nyeri.
Rasional : Gambaran nyeri akan mendukung intervensi yang tepat.
- Anjurkan teknik relaksasi.
Rasional : Pelepasan endotin dari pusat reseptor nyeri sehingga terjadi nyeri berkurang
- Beri posisi pasien senyaman mungkin.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membuat pasien rileks sehingga nyeri berkurang.
- Observasi TTV ( Tanta-Tanda Vital ).
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan merupakan indikator untuk mengurangi

- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik.
Rasional : Merangsang pelepasanedorphin sehingga terjadi inhabisi nyeri perifer dapat dihambat.
Catatan perkembangan:
- Tanggal 02 Januari 2010
Keluhan : Pasien mengatakan badannya panas.
Tindakakan keperawatan :
• Observasi TTV.
• Kompres dengan air dingin.
• Anjurkan kepada pasien untuk memakai baju tipis dan menyerap keringat.
• Menberikan rehidrasi cairan.
- Tanggal 03 Januari 2010
Keluhan : Pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah.
Tindakan keperawatan :
• Observasi TTV
• Berikan posisi yang nyaman kepada pasien.
• Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik.
- Tanggal 04 Januari 2010
Keluhan : Pasien mengatakan badanya panas.
Tindakan keperawatan :
• Observasi TTV
• Berikan rasa nyaman kepada pasien.
• Anjurkan untuk relaksasi.
• Kolaborasi dengan tim medis.
- Tanggal 05 Januari 2010
Keluhan : Pasien mengatakan sering BAB tetapi ada sedikit ampas.
Tindakan keperawatan :
• Observasi TTV
• Anjurkan untuk makan dan minum yang cukup.
• Kolaborasi dengan tim medis
- Tanggal 06 Januari 2010
Keluhan : Pasien mengatakan badannya lemas.
Tindakan keperawatan :
• Observasi TTV
• Anjurkan untuk makan dan minum dalam porsi sedikit tapi sering.
• Kolaborasi dengan tim medis.
- Tanggal 07 Januari 2010
Keluhan : Pasien mengatakan badannya panas.
Tindakan keperawatan :
• Observasi TTV
• Anjurkan banyak makan dan minum.
• Memberikan resep dokter.
- Tanggal 08 Januari 2010
Keluhan : Pasien mengatakan tidak ada keluhan dan ingin cepat pulang.
Tindakan keperawatan :
• Observasi TTV
• Anjurkan untuk makan dan minum cukup.
• Kolaborasi dengan tim medis.
- Tanggal 09 Januari 2010
Keluhan : Pasien mengatakan tidak ada keluhan dan ingin cepat pulang.
Tindakan keperawatan :
• Observasi TTV
• Anjurkan untuk makan dan minum cukup.
• Kolaborasi dengan tim medis.
































DAFTAR PUSTAKA


Arif. Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

RSI Siti Hajar. 2009. Standar Asuhan Keperawatan. Sidoarjo: RSI Siti Hajar

Suriadi, dkk. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar Interpratama

Uliyah. Musrifatul dan Hidayat A. Aziz Alimul. 2007. Ketrampilan Dasar Praktek Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Wartonah. Tarwoto. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar