Senin, 28 Juni 2010

askeb CVA Bleeding

PENGKAJIAN PADA Tn. “T” DENGAN DIAGNOSA MEDIS CVA ( CEREBRO VASCULAR ACCIDENT ) BLEEDING DENGAN MASALAH MOBILISASI
DI RUANG III DEWASA RSI SITI HAJAR SIDOARJO














Oleh :
PARAMITHA SARI FAMUZI
NIM : 2008 01 0827




SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
PROGRAN STUDI D-III KEBIDANAN
2009

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Pengkajian pada Tn. “T” Dengan Diagnosa Medis Cerebro Vascular Accident ( CVA ) Bleeding dengan Masalah Gangguan Mobilisasi di Ruang Kelas III Dewasa RSI Siti Hajar Sidoarjo.
Pengkajian ini dibuat untuk memenuhi tugas praktek keperawatan klinik pada semester III (tiga) Program Studi D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Husada Jombang Tahun Ajaran 2009/ 2010.
Kami sadar bahwa dalam penyusunan pengkajian ini penulis mendapat bimbingan dan arahan serta dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Muhammad Ridho A, selaku Direktur RSI Siti Hajar Sidoarjo.
2. Sri Untari, S.Kep. Ns., selaku Kepala Bagian Keperawatan RSI Siti Hajar Sidoarjo.
3. Munawaroh, AMK., selaku Kepala Ruangan Kelas II-B RSI Siti Hajar Sidoarjo.
4. Yanti Setyarini, S. Kep. Ns, selaku CI Ruangan Kelas II-B.
5. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes.MM., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Jombang.
6. Siti Mudrikatin ,S.S.T, selaku Dosen Pembimbing Akademik STIKES Husada Jombang.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Asuhan Keperawatan ini.
Penyusunan ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran sangat dibutuhkan bagi kesempurnaan asuhan keparawatan ini.
Harapan penulis semoga asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan tidak lupa penulis mohom maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan baik yang disengaja atau tidak sengaja.

Jombang, Januari 2010
Penulis


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Konsep Dasar CVA Bleeding 1
1.1.1. Definisi 1
1.1.2. Patofisiologi 1
1.1.3. Klasifikasi 1
1.1.4. Etiologi 2
1.1.5. Faktor resiko 2
1.1.6. Manifestasi klinis 4
1.1.7. Komplikasi
1.1.8. Pencegahan
1.1.9. Penatalaksanaan
1.1.10. Diagnostik
1.2. Kebutuhan Dasar Manusia Mobilisasi
1.2.1. Definisi 4
1.2.2. Klasifikasi
1.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi
BAB II TINJAUAN KASUS
2.1. Pengkajian Data
2.1.1. Data Subyektif
2.1.2. Data Obyektif
2.2. Interprestasi Data Dasar
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Konsep Dasar Teori Cerebro Vascular Accident ( CVA ) Bleeding
1.1.1. Definisi
CVA ( Cerebro Vascular Accident ) / CVD ( Cerebro Vascular Disease ) atau stroke/ gangguan pembuluh darah otak ( GPDO ) merupakan suatu kondisi kehilangan fungsi otak secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan suplai darah kebagian otak ( Brunner & Suddarth. 2000. 94 ) atau merupakan suatu kelainan otak baik secara fungsional maupun structural yang disebabkan oleh karena patologis pembuluh darah serebral atau dari seluruh system pembuluh darah otak ( Dongoes. 2000: 290 ).
CVA adalah gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak ( beberapa detik ) atau secara tepat ( beberapa jam ) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah-daerah fokal di otak yang terganggu ( Djunaedi W. 1992 ).
CVA Bleeding adalah suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya perdarahan intra serebral atau perdarahan subarachnoid.
CVA Bleeding adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi cepat, berupa deficit neurologis local dan atau dari seluruh system global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Bila gangguan peredaran darah otak iti berlangsung sementara, beberapa detik hingga beberapa jam ( kebanyakan 10-20 menit ), tetapi kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan iskemia otak sepintas ( Transien Iskemia Attack= TIA ).
Menurut Hundsk dan Gallo dalam bukunya perawatan kritis CVA Bleeding memulai awitan mendadak dan berlangsing 24 jam sebagai akibat cerebrovascular disease.





1.1.2. Klasifikasi CVA Bleeding
Klasifikasi CVA Bleeding ada 2 yaitu:
a. Perdarahan intra serebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum.
Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
b. Perdarahan sub arakhnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid.
Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasispasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia danlain-lain).
( M. Arif. Suprohaita. 2000 )
1.1.3. Etiologi
a. Perdarahan serebri
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab kasus gangguan pembuluh darah otak dan merupakan persepuluh dari semua kasus penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteria serebri.
b. Pecahnya aneurisma
Biasanya perdarahan serebri terjadi akibat aneurisme yang pecah maka penderita biasanya masih muda dan 20% mempunyai lebih dari satu aneurisme. Dan salah satu dari ciri khas aneurisme adalah kecendrungan mengalami perdarahan ulang (Sylvia A. Price, 1995)
c. Penyebab lain ( dapat menimbulkan infark atau perdarahan), yaitu antara lain:
- Thrombosis sinus dura
- Diseksi arteri karotis atau vertebralis
- Vaskulitis system saraf pusat
- Penyakit moya-moya ( oklusi arteri besar intracranial yang progresif )
- Migran
- Kondisi hyperkoagulasi
- Penyalahgunaan obat ( kokain dan amfetamin )
- Kelainan hematologis ( anemia sel sabit, polisitemia dan leukemia )
- Miksoma atrium
1.1.4. Faktor Resiko
a. Yang tidak dapat dirubah:
- Usia
- Jenis kelamin
- Ras
- Riwayat keluarga
- Riwayat TIA/ stroke
- Penyakit Jantung Koroner ( PJK )
- Heterozigot atau homozigot untuk hemolisistinuria
b. Yang dapat dirubah:
- Hypertensi
- DM
- Merokok
- Penyalahgunaan obat
- Alkohol
- Hematokrit meningkat
- Bluit karotis asimtomatis
- Hyperurisemia
- Dislidemia
- ( M. Arif. Suprohaita. 2000 )
1.1.5. Manifestasi Klinis
a. Vertebro basilaris, sirkulasi posterior, manifestasi biasanya bilateral:
- Kelemahan salah satu dari empat anggota gerak tubuh
- Peningkatan refleks tendon
- Ataksia
- Tanda babinski
- Tanda-tanda serebral
- Disfagia
- Disartria
- Sincope, stupor, koma, pusing, gangguan ingatan.
- Gangguan penglihatan (diplopia, nistagmus, ptosis, paralysis satu mata).
- Muka terasa baal.
b. Arteri Karotis Interna
- Kebutaan Monokular disebabkan karena insufisiensi aliran darah arteri ke retina.
- Terasa baal pada ekstremitas atas dan juga mungkin menyerang wajah.
c. Arteri Serebri Anterior
- Gejala paling primer adalah kebingungan.
- Rasa kontralateral lebih besar pada tungkai.
- Lengan bagian proksimal mungkin ikut terserang.
- Timbul gerakan volunter pada tungkai terganggu.
- Gangguan sensorik kontra lateral.
- Dimensi reflek mencengkeram dan refleks patologis.
d. Arteri Serebri Posterior
- Koma
- Hemiparesis kontralateral
- Afasia visual atau buta kata (aleksia)
- Kelumpuhan saraf kranial ketiga – hemianopsia, koreo – athetosis
e. Arteri Serebri Media
- Mono paresis atau hemiparesis kontra lateral (biasanya mengenai lengan)
- Kadang-kadang heminopsia kontralateral (kebutaan)
- Afasia global (kalau hemisfer dominan yang terkena)
- Gangguan semua fungsi yang ada hubungannya dengan percakapan dan komunikasi
- Disfagia
1.1.6. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan antara lain, yaitu:
a. TIK meningkat
b. Aspirasi
c. Atelektasis
d. Kontraktur
e. Disritmia jantung
f. Malnutrisi
g. Gagal nafas
1.1.7. Pencegahan
Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah:
a. Pembatasan makan garam; dimulai dari masa muda, membiasakan memakan makanan tanpa garam atau makanan bayi rendah garam.
b. Khususnya pada orang tua, perawatan yang intensif untuk mempertahankan tekanan darah selama tindakan pembedahan. Cegah jangan sampai penderita diberi obat penenang berlebihan dan istirahat ditempat tidur yang terlalu lama.
c. Peningkatan kegiatan fisik; jalan setiap hari sebagai bagian dari program kebugaran.
d. Penurunan berat badan apabila kegemukan.
e. Berhenti merokok.
f. Penghentian pemakaian kontrasepsi oral pada wanita yang merokok, karena resiko timbulnya serebrovaskular pada wanita yang merokok dan menelan kontrasepsi oral meningkat sampai 16 kali dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok dan tidak menelan pil kontrasepsi.
1.1.8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan umum 5 B dengan penurunan kesadaran, yaitu:
 Breathing ( pernafasan )
- Usahakan jalan napas lancar.
- Lakukan penghisapan lendir jika sesak.
- Posisi kepala harus baik, jangan sampai saluran napas tertekuk.
- Oksigenisasi terutama pada pasien tidak sadar.
 Blood ( tekanan darah )
- Usahakan otak mendapat cukup darah.
- Jangan terlalu cepat menurunkan tekanan darah pada masa akut.
 Brain ( fungsi otak )
- Atasi kejang yang timbul.
- Kurangi edema otak dan tekanan intra cranial yang tinggi.
 Bladder ( kandung kemih )
- Pasang katheter bila terjadi retensi urine.
 Bowel ( pencernaan )
- Defekasi supaya lancar.
- Bila tidak bisa makan per-oral pasang NGT/Sonde
b. Menurunkan kerusakan sistemik.
Dengan infark serebral terdapat kehilangan irreversible inti sentral jaringan otak. Di sekitar zona jaringan yang mati mungkin ada jaringan yang masih harus diselamatkan. Tindakan awal yang harus difokuskan untuk menyelamatkan sebanyak mungkin area iskemik. Tiga unsur yang paling penting untuk area tersebut adalah oksigen, glukosa dan aliran darah yang adekuat. Kadar oksigen dapat dipantau melalui gas-gas arteri dan oksigen dapat diberikan pada pasien jika ada indikasi. Hypoglikemia dapat dievaluasi dengan serangkaian pemeriksaan glukosa darah.
c. Terapi farmakologi.
Antikoagulasi dapat diberikan pada stroke non haemoragik, meskipun heparinisasi pada pasien stroke iskemik akut mempunyai potensi untuk menyebabkan komplikasi haemoragik. Heparinoid dengan berat molekul rendah (HBMR) menawarkan alternatif pada penggunaan heparin dan dapat menurunkan kecendrungan perdarahan pada penggunaannya. Jika pasien tidak mengalami stroke, sebaliknya mengalami TIA, maka dapat diberikan obat anti platelet. Obat-obat untuk mengurangi perlekatan platelet dapat diberikan dengan harapan dapat mencegah peristiwa trombotik atau embolitik di masa mendatang. Obat-obat antiplatelet merupakan kontraindikasi dalam keadaan adanya stroke hemoragi seperti pada halnya heparin.
1.1.9. Diagnostik
a. Klinis anamnesis dan pemeriksaan fisis-neurologis.
b. Sistem skor untuk membedakan jenis skor.
c. Skor-skor siriraj= ( 2,5 X derajat kesadaran) = ( 2 X vomitus ) = ( 2 X nyeri kepala) = ( 0,1 X tekanan distol) – ( 3 X petanda ateroma) – 12
Skor > 1 : perdarahan supratentorial
Skor -1 a.d. 1 : perlu CT scan
Skor < -12 : infark serebri Derajat Kesadaran : 0 = komposmentis 1 = samnolen 2 = spoor/ koma Vomiting : 0 = tidak ada 1 = ada Nyeri kepala : 0 = tidak ada 1 = ada Ateroma : 0 = tidak ada 1 = salah satu atau lebih diabetes, angina penyakit pembuluh darah. d. CT scan. ( Uliyah. Musrifatul dkk. 2006 ) 1.2. Konsep Dasar Mobilisasi 1.2.1. Definisi Mobilisasi merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas guna mempertahankan kesehatannya. ( Uliyah. Musrifatul dkk. 2006 ) 1.2.2. Klasifikasi Adapun jenis-jenis mobilisasi: a. Mobilisasi penuh Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan secara penuh dan bebas sehingga dapa melakukan interakasi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensori untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang. b. Mobilisasi sebagian Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang jelas, dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemesangan traksi. Mobilisasi sebagian dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:  Mobilisasi sebagian temporer merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.  Mobilisasi sebagian permanen merupakan kemempuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cidera tulang belakang dan untuk kasus poliomyelitis terjadi karena terganggunya system saraf motorik dan sensorik. 1.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi Mobilisasi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya: a. Gaya hidup Perilaku gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilisasi seseorang, karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari. b. Proses penyakit/ injuri Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilisasi karena dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh. c. Kebudayaan Kemampuan melakukan mobilisasi dapat juga dipengaruhi oleh kebudayan. Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memakai kemampuan mibilisasi yang kuat, sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobolisasi ( sakit ) karena adat dam budaya tertentu maka dilarang beraktifitas. d. Tingkat energi seseorang Energi adalah sumber melakukan mobilisasi. Agar seseorang dapat melakukan mobilisasi yang baik, dibutuhkan energi yang cukup. e. Usia dan status perkembangan Terdapat perbedaan perkembang kemampuan mobilisasi pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan aatu kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengkajian data Tanggal MRS : 12 Januari 2010 Jam : 04.00 WIB Tanggal pengkajian : 14 Januari 2010 Jam : 11.00 WIB No. Register : 176623 Ruangan : Ruangan Kelas III Dewasa Diagnosa : Cerebro Vascular Accident ( CVA Bleeding ) 2.1.1. Data Subyektif 1. Biodata Nama : Tn. “T” Umur : 70 tahun Agama : Islam Pendidikan : SD Pekerjaan : Petani Penghasilan : ± Rp. 700.000,- Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia Kawin ke : 1 Lama Kawin : 47 tahun Alamat : Tulangan, Sidoarjo Nama istri : Ny. “H” Umur : 65 tahun Agama : Islam Pendidikan : SD Pekerjaan : IRT Penghasilan : - Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia Kawin ke : 1 Lama Kawin : 47 tahun Alamat : Tulangan, Sidoarjo 2. Keluhan Utama Istri pasien mengatakan tangan dan kaki kanan pasien tidak bisa digerakkan dan pasien sulit untuk bicara. 3. Riwayat Kesehatan Sekarang Istri pasien mengatakan pada tanggal 12 Januari 2010 sekitar pukul 01.00 WIB pasien ingin sholat tahajud, tiba-tiba pasien jatuh dan langsung mengalami kejang-kejang ± 5 menit. Kemudian keluarga pasien membawa pasien ke BP Fatimah. Kemudian oleh BP Fatimah dirujuk oleh RSI Siti Hajar Sidoarjo melalui IGD, kemudian dibawa ke ruangan kelas III untuk rawat inap. 4. Riwayat Kesehatan Dahulu Istri pasien mengatakan pasien dahulunya sudah pernah menderita penyakit tekanan darah tinggi. Istri pasien mengatakan pasien tidak pernah menderita penyakit menurun seperti asma dan DM da juga penyakit menular seperti TBC, Hepatitis B dan HIV/ AIDS. 5. Riwayat kesehatan Keluarga Istri pasien nengatakan bahwa di dalam keluaraga pasien ada yang menderita penyakit asma. Tetapi tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis B dan HIV/ AIDS. 6. Pola Kebiasaan Sehari-hari a. Pola nutrisi • Sebelum sakit : Makan : Istri pasien mengatakan, pasien makan 3-4 X/ hari, porsi sedang, 1 piring habis nasi + sayur + lauk pauk + buah. Minum : Istri pasien mengatakan minum 2 botol aqua ( 1,5 liter air putih/ hari ) • Saat sakit : Makan : Saat pengkajian pasien hanya makan ½ pisang dengan cara dihaluskan dahulu. Minum : Saat pengkajian pasien hanya minum teh ½ gelas. b. Pola eliminasi • Sebelum sakit : BAB : Istri pasien mengatakan BAB 1X/ hari, konsistensi padat, warna kuning lembek, bau khas. BAK : 8X/ hari, warna kuning jernih, bau khas. • Saat sakit : BAK : Saat pengkajian pasien memekai keteter, dengan volume urine ± 200 cc. BAB : Selama di Rumah Sakit pasien sbelum BAB selama 4 hari. c. Pola istirahat • Sebelum sakit : Istri pasien mengatakan Siang : 13.00-14.30 WIB, efektif Malam : 19.30-05.00 WIB, efektif • Saat sakit : Siang : 12.00-16.00 WIB, tidak efektif Malam : 20.00-05.00 WIB, tidak efektif d. Pola aktivitas • Sebelum sakit : Istri pasien mengatakan kegiatanya sehari hari yaitu bekerja di sawah sebagai petani. • Saat sakit : Pasien istirahat total, berbaring ditempat dan kadang-kadang duduk di tempat tidur. Dan setiap aktifitasnya di bantu oleh keluarganya. e. Personal hygien • Sebelum sakit : Mandi 2-3 X/ hari, karmas 3-4 X/ minggu, ganti baju 2-3 X/ hari • Saat sakit : Istri pasien menyeka pasien 2X/ hari, dan ganti baju 1X/ hari 7. Psikososial Istri pasien mengatakan hubungan pasien dan keluarga baik dan juga dengan orang-orang disekitarnya begitu pula dengan para perawatnya. 8. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan Istri pasien mengatakan pasien dirumah selalu melaksanakan sholat 5 waktu ditambah shplat sunah. Di rumah sakit pasien juga melaksanakan sholat 5 waktu. 2.1.2. Data Obyekyif 1. Keadaan umum : Baik 2. Kesadaran : Composmetis GCS : Buka mata ( E ) : 4 = spontan Respon motoruk terbaik ( M ) : 5 = orientasi baik dan sesuai Respon verbak terbaik ( V ) : 6 = mengikuti perintah 3. TTV : TD : 120/90 mmHg Nadi : 84 X/ menit Suhu : 37 º C RR : 20 X/ menit 4. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi Kepala : Bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok, warna hitam, rambut lurus, tidak ada lesi. Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih, tidak strabismus, ada penurunan penglihatan. Hidung : Simetris antara kedua lubang hidung, tidak ada polip, lubang hidung bersih, tidak da lesi, tidak ada secret, tidak ada PCH. Muka : Pucat, tidak ada oedema. Mulut & gigi : Tidak labioskizis, tidak stomatitis, bibir kering, tidak ada gigi palsu, bibir pecah-pecah, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada pembesaran vena jugularis. Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada lesi. Leher : Bentuk leher simetris antara kanan dan kiri, tidak ada lesi, tidak ada oedema, bersih, tidak ada pembesaran kel.tiroid. Axilla : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kel.limfe. Dada : Tidak ada lesi, bentuk dada simetris, Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada oedema Punggung : Simetris antara kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada kelainan tulang punggung, tidak ada dekubitus. Genetalia : Kotor, tidak ada kelainan genetalia, terpasang kateter. Anus : Bersih, tidak ada hemoroid. Eks. Atas : Simetris, jumlah jari nomal, tidak polidaktil, tidak sindaktil, tidak brahkidaktil, terpasang infus di tangan sebelah kiri yaitu cairan RL asnet, tangan kanan terjadi gangguan gerak. Ada clubbing finger, ada kelemahan otot. Eks. Bawah : Simetris, jumlah jari nomal, tidak polidaktil, tidak sindaktil, tidak brahkidaktil, tidak ada lesi, kaki kiri ada gangguan gerak, ada kelemahan otot. b. Palpasi Kepala : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan. Mata : Tidak ada palpebra oedema. Hidung : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan,. Leher : Tidak ada pembesaran kel.tyroid, tidak ada pembesaran vena jugularis. Axilla : Tidak ada pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri tekan. Abdomen : Tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan. Dada : Tidak ada nyeri tekan. c. Auskultasi Dada : Tidak ada wheezing, tidak ada ronchi. Abdomen : Tidak acites, terdengar bising usus 5 X/ menit. d. Perkusi Abdomen : Tidak meteorismus. Eks. Bawah : Reflek patella +/ - 5. Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan Hasil Nilai normal 1. Darah lengkap Terlampir HEMATOLOGI 2. Laju Endap Darah 13 mm/ jam L : 0-15 mm/ jam P : 0-20 mm/ jam GULA DARAH 3. Glukosa puasa 124 70-120 mg/ dl LEMAK DARAH 4. Cholestrol 5. Trygliserida 154 108 150-239 mg/ dl 0-150 mg/ dl FAAL HATI 6. LTF - Bilirubin total - Bilirubin direct - SGOT - SGPT 7. RFT - BUN - S. creatinin - Urine acid 0,35 0,15 31 20 18,83 1,11 5,20 0,00 – 1,00 mg/ dl 0.00-1.00mg/dl P=0-35u/i,L=0-40u/i P=0,35u/i,L=0-40u/i 5,0-23,0mg/dl P=0,6-1,00mg/dl,L=0,7-1,2 P=2,4-5,7,L3,4-7,0mg/dl WBC : 12,8H 10 ³/ mm³ < 3.5-10.0 >
RBC : 4,68 10 ³/ mm³ < 3.80-5.80 >
HGB : 13,5 g/ dl < 11.0-16.5 >
HCT : 41,0 % < 35.0-50.0 >
PLT : 234 10 ³/ mm³ < 150-390 >
PCT : .150 % < .100-.500 >
MCV : 88 µm³ < 80-97 >
MCHC : 28,9 g/ dl < 31.5-35.0 >
RDW : 33,0 % < 10.0-15.0 >

MPV : 6,4 µm³ < 6.5-11.0 >
PDW : 9,4 % < 10.0-18.0 >

DIFF
%LYM : 6,5 % < 17.0-48.0 >
%MON : 5,8 % < 4.0-10.0 >
%GRA : 9,7 % < 43.0-76.0 >

#LYM : 0,8 L 10 ³/ mm³ < 1.2-3.2 >
#MON : 0,2 L 10 ³/ mm³ < 0.3-0.8 >
#GRA : 11,8 H10 ³/mm ³ < 1.2-6.8 >
- Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT Scan tanggal 13 Januari 2010: CVA Bleeding ICH pada pons dengan volume ± 4,8 cc.
6. Terapi
- Infus RL asnet
- Inj. IV Brainolin 250 miligram ( mg ) 2 x 1
- Inj. IV Acran 2 mililiter ( ml ) 2 X 1
- Inj. IV Neurotan 3 garam ( g ) 3 X 1
- Kalnex 5 mililiter ( ml ) 3 X 1
- Kalbamin 500 ml 1 X 1
- Blopres 8 miligram ( mg ) 1 X 1 ( oral )
2.2. Interprestasi Data Dasar
Diagnosa : TN. “T” umur 70 tahun dengan diagnosa medis Cerebro Vascular Accident ( CVA ) Bleeding.
Ds : Istri pasien mengatakan tangan dan kaki kanan pasien tidak bisa digerakkan serta bicara menjadi pelo atau susah untuk bicara.
Do : - Hasil TTV : TD = 140/ 80 mmHg
Nadi = 80 X/ menit
Suhu = 37 ºC
RR = 21 X/ menit
- Bibir kering
- Patella +/ -
- Tangan dan kaki kanan lumpuh
Masalah : Gangguan mobilisasi atau aktifitas berhubungan dengan gangguan pembuluh darah otak, kelemahan dan hemiparese sinistra.
Tujuan : Klien/ pasien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil :
- Tidak terjadi kontruktur sendi ( mempertahankan posisi optimal dan mempertahankan fungsi secara optimal) .
- Bartambahnya kekuatan otot.
- Klien/ pasien menunjukan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
- Mempertahankan integritas kulit.
Kebutuhan dasar :
- Kebutuhan mobilisasi
- Kebutuhan rasa nyaman
- Kebutuhan cairan dan elektrolit
Asuhan keperawatan:
- Observasi TTV
Rasional : tanda-tanda vital merupakan indikator untuk mengurangi exacerbasi penyakit.
- Ubah posisi klien/ pasien tiap 2 jam.
Rasional : menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan.
- Ajarkan klien/ pasien untuk melakukan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit.
Rasional : gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantunh dan pernafasan.
- Lakukan gerakan pasif pada ekstremitas yang sakit.
Rasional : otot volunteer akan kehilangan tonus dan kekuatanya bila tidak dilatih untuk digerakkan.
- Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien/ pasien.
Rasional : melatih kekuatan otot.
- Anjurkan untuk tidak batuk dan mengejan berlebihan.
Rasional : batuk dan mengejan dapat meningkatkan TIK.

DAFTAR PUSTAKA


Arif. Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

RSI Siti Hajar. 2009. Standar Asuhan Keperawatan. Sidoarjo: RSI Siti Hajar

Suriadi, dkk. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar Interpratama

Uliyah. Musrifatul dan Hidayat A. Aziz Alimul. 2007. Ketrampilan Dasar Praktek Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Wartonah. Tarwoto. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

askeb hepatitis

PENGKAJIAN PADA Tn. “D” DENGAN DIAGNOSA MEDIS HEPATITIS DENGAN MASALAH GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DI RUANG 2B DEWASA RSI SITI HAJAR SIDOARJO












Oleh :
PARAMITHA SARI FAMUZI
NIM : 2008 01 0827




SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
PROGRAN STUDI D-III KEBIDANAN
2009
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Konsep Dasar Hepatitis
1.1.1. Definisi
Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toxin, seperti kimia atau obat atau agen penyebab infeksi. ( Suriadi, dkk. 2001 )
Hepatitis adalah penyakit infeksi dengan gejala utama berhubungan dengan adanya nekrosis pada hati. Biasanya disebabakan oleh virus yaitu virus hepatitis A, virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan virus-virus yang lainnya. ( Arif, Mansjoer. 2001 )
Hepatitis adalah radang hati akut karena infeksi oleh virus hipototropik. Hepatitis viral memberikan suatu spektrum tanda-tanda klinis dan manifestasi laboratorium yang luas. Ini dapat berkisar, menurut parahnya penyakit yang tidak jelas ( inapperent ), infeksi yang asimtomatik, sampai penyakit yang fulminan, yang dapat menyebabkan kematian dalam beberapa hari saja. Kebanyakan pasien hepatitis viral menunjukkan pola penyakit yang khas ( atypicalpatten ) ditemukan pada sebagian yang kecil saja. ( Standar Asuhan Keperawatan RSI Siti Hajar Sidoarjo. 2009 )
1.1.2. Etiologi Hepatitis
Hepatitis biasanya terjadi karena virus terutama salah satunya dari kelima virus hepatitis, yaitu virus hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis juga bisa terajadi karena infeksi virus lainnya seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning, cytomegalovirus, varicella zoster, herpes virus, Epstein Barr Virus ( ER V ), rubbeladan coxakie B. Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan. ( Suriadi, dkk. 2006 )
1.1.3. Manifestasi Klinis
a. Stadium praikterik, berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot dan perut kanan atas. Urin menjadi lebih coklat.
b. Stadium ikterik, yang berlangsung selama 3-6 miggu. Ikterus mula-mula terlihat pada sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan berkurang, tetapi pasien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
c. Stadiun pascaikterik ( rekonvalensi ). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal lagi. Penyenbuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang dewasa.
Ganbaran klinis hepatitis virus bervariasi, mulai dari yang tidak merasakan apa-apa atau hanya mempunyai keluhan sedikit saja sampai keadaan yang berat, bahkan koma dan kematian dalam beberapa hari saja.
Pada golongan hepatitis enapparent, tidak ditemukan gejala. Hanya diketahui bila dilakukan pemeriksaan faal hati ( peningkatan serum transamilase ) dan biopsi menunjukkan kelainan.
Pada hepatitis anikterik, keluhan sangat ringan dan samar-samar, umumnya anoreksia dan gangguan pencernaan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan hiperbilirubinemia ringan dan bilirubinuria. Urin secara makroskopik berwarna seperti teh tua dan apabila dikocok akan memperlihatkan busa berwarna kuning kehijauan.
Bentuk hepatitis akut yang ikterik paling sering ditemukan dalam klinis. Biasanya perjalanan jinak dan akan sembuh dalam waktu kira-kira 8 minggu.
Hampir semua hepatitis fulminan mempunyai prognosis jelek. Kematian biasanya terjadi dalam 7-10 hari sejak mulai sakit. Pada waktu yang singkat terdapat gangguan neurologi, for hepatik dan muntah-muntah yang persisten. Terdapat demam dan ikterus yang menghebat dalam waktu singkat. Pada pemeriksaan didapatkan hati yang mengecil, purpura dan perdarahan saluran cerna.
Pada hepatitis persisten, tidak terdapat kemajuan dari periode akut dan seluruh perjalanan penyakit. Penurunan bilirubin dan transaminase terjadi perlahan-lahan. Pasien masih mengeluh lemah dan cepat leleh, meskipun nafsu makan telah membaik. Pekerjaan fisik akan memperburuk hasil pemeriksaan fungsi hati. Golongan ini akan sembuh sempurna dalam waktu antara1-2 tahun.
Ada pula bentuk hepatitis yang subakut atau submassive hepatic necrosis yang perjalanan penyakitnya progresif. Pemeriksaan biokimiawi lebih menunjukkan tanda-tanda obstruksi dengan peninggian fosfatase alkali dan kolestrol dalam serum. Sesudah masa ikterus yang lama, biasanya pasien akan sembuh dalam waktu 12 bulan.
Pada hepatitis kolangitik, ikterusnya hebat disertai pruritus, biasanya berlangsung lebih dari 4 minggu. Sedangkan pada sindroma pascahepatitis, beberapa pasien, terdapat keluhan-keluhan subyektif menetap seperti anoreksia, lemah, perasaan tidak enak di perut, atau gangguan pencernaan, atau berat badan yang tidak naik. Pemeriksaan fungsi hati biasanya sudah kembali normal. ( Arif, Mansjoer. 2001 )
1.1.4. Patofisiologi Hepatitis
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada hypatocytes oleh sel mononukleus. Proses ini dapat menyebabkan degenerasi dan nekrosis sel parenchym hati.
Respon peradangan menyebabkan pembengkakan dan memblokir sistem drainage hati. Keadaan ini menjadikan stasis empedu ( biliary ), dan empedu tidak dapat diekskresikan ke dalam kantong empedu dan bahkan ke dalam usus. Sehingga meningkatkan dalam darah sebagai hyperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hepatocelluler joundice.
Hepatitis tejadi dari yang asymtomatic sampai dengan timbulnya sakit dengan gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2-3 bulan, lebih gawat lagi bila dengan nekrosis sel hati dan bahkan kematian. Hepatitis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dengan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai carrier penyakit dan risiko berkembang menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati.
Ada lima utama hepatitis dengan nama alphabet. Pertama hepatitis A ( infectious hepatitis ) dan hepatitis B ( viral hepatitis ). Hepatitis A ditularkan melalui saluran gastrointestinal ( oral fecal ), hepatitis B melalui darah ( bloodborne ), hepatitis D ( delta ) juga melalui darah tetapi lebih pada penggunaan obat-obat melalui intravena, dan individu dengan hemopilia. Hepatitis nonA dan nonB melalui darah, tetapi dengan kausatif virus tanpa isolasi. Kemudian hepatitis E penularannya melalui ( oral fecal ) pada orang dewasa.
Hepatitis A masa inkubasinya kira-kira 28-30 hari ( dengan jarak 15 hari ). Hepatitis B masa inkubasi 1-6 bulan ( dengan jarak 3-4 bulan ), hepatitis C masa inkubasinya 4-12 minggu. (Suriadi, dkk. 2006 )
1.1.5. Komplikasi
- Gangguan fungsi hati
- Penyakit kronik hati seperti cirrhosis atau hepatitis kronik persisten
- Carcinoma hepatic
- Kematian karena gagal fungsi hati (Suriadi, dkk. 2006 )
1.1.6. Pencegahan
Terhadap virus hepatitis A
• Penyebaran secara fecal-oral , pencegahan masih sulit karena adanya karier dari virus hepatitis A yang sulit ditetapkan.
• Virus ini resisten terhadap cara-cara sterilisasi biasa, termasuk klorinasi. Sanitasi yang sempurna, kesehatan umum dan pembuangan tinja yang sangat baik sangat penting. Tinja, darah dan urin pasien dianggap infeksius. Virus dikeluarkan di tinja melelui sekitar 2 minggu sebelum ikterus.
Terdapat virus hepatitis B
• Dapat ditularkan melalui darah dan produk darah. Darah tidak dapat disterilkan dari virus hepatitis. Pasien hepatitis sebaiknya tidak menjadi donor darah.
• Usaha pencegahan yang paling efektif adalah iminisasi . imunisasi hepatitis B dilakukan terhadap bayi-bayi setelah dilakukan penyaringan HbsAg ibu-ibu hamil. Namun saat ini, dibeberapa negara ( termasuk Indonesia dengan program pengembangan imunisasinya ) bayi-bayi yang lahir diberi vaksinasi hepatitis B tanpa melakukan pemeriksaan penyaringan pada ibunya.
Pencegahan dengan imonoglobulin.
Pemberian imonoglobulin ( HBIg ) dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi pengaruh yang baik, sedangkan pada hepatitis serum masih diragukan kegunaanya. Diberikan dalam dosis 0,02 ml/kg BB secara IM dan ini dapat mencegah timbulnya gejala pada 80-90 %. Diberikan pada mereka yang dicurigai ada kontak dengan pasien. ( Arif, Mansjoer. 2001 )
1.1.7. Pemeriksaan Diagnostik
- Riwayat joundice
- Riwayat kebersihan dan mungkin ada limbah pabrik
- Pemeriksaan fungsi hati, SGOT, SGPT, bilirubin dan sedimen
- Identifikasi antigen ( IgM anti-HAV dan IgM anti HBV )
- Biopsi hati (Suriadi, dkk. 2006 )
1.1.8. Penatalaksanaan
Terdiri dari istirahat, diet dan pengobatan medikametosa.
a. Istirahat
Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kekecualian diberikan kepada mereka dengan umur tua dan keadaan umum yang buruk.
b. Diet
Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau mual muntah sebaiknya diberikan infus. Jika sudah tidak mual muntah lagi, diberikan makanan yang cukup kalori ( 30-35 kal/ kg BB ) dengan protein cukup ( 19/ kg BB ). Pemberian lemak sebaiknya tidak perlu dibatasi. Dulu ada kecenderungan untuk membatasi lemak, karena disamakan dengan penyakit kantung empedu. Dapat diberikan diet hati II dan III.
c. Medikamentosa
• Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin darah. Kortikosteroid dapat digunakan pada kolestasis yang berkepanjangan, dimana transaminase serum sudah kembali normal tetapi bilirubun masih tinggi. Pada keadaan ini dapat diberikan prednison 3x10 mg selama 7 hari kemudian dilakukan tapering off.
• Berikan obat-obatan yang bersifat melindyngi hati.
• Antibiotik tidak jelas kegunaanya.
• Jangan diberi antimetik. Jika perlu sekali dapat diberikan golongan fenotiazin.
• Vit K diberikan pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. Bila pasien dalam keadaan prekoma atau oma.
d. Pemberian hidrasi dan nutrisi yang adekuat.

1.2. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1.2.1. Definisi
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit adalah suatu proses dinamika karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.
( Tarwoto, 2003 )
1.2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
a. Usia, variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh metabolisme yang diperlukan dan berat badan.
b. Temperatur lingkungan, panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCL melalui keringat sebanyak 15-30 g /hari.
c. Diet, pada saat tubuh kekurangan nutrisi tubuh akan memecah cadangan energi, proses akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intra seluler.
d. Stress dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan da elektrolit, melelui proses peningkatan produksi ADH karena pada proses ini dapat meningkatkan metabolism sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi natrium dan air.
e. Sakit pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan cairan. ( Uliya, Misrifatul, dkk. 2006 )
1.2.3. Pergerakan Cairan Tubuh
a. Difusi adalah proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit didifusikan menembus membran sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh molekul, konsistensi larutan dan temparatur.
b. Osmosis adalah pergerakan pelarut bersih seperti air, melalui membran semi permiabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
c. Transpor aktif adalah bahan bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
( Tarwoto, 2003 )
1.2.4. Tanda dan Gejala Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
a. Karakteristik cairan
Karakteristik jaringan yang relevan untuk menentukan adanya kekurangan cairan, diantaranya :
- Keringnya kulit dan selaput lender.
- Mukosa mulut dan bibir mungkin tertutup suatu lapisan keputih-putihan dan pacah-pecah.
- Getah lendir yang dikeluargan menjadi lebih lekat.
- Jaringan yang kehabisan cairan akan menimbulkan satu ciri yang khas pada mata, seperti tenggelam karena bantalan-bantalan lemak untuk bola mata telah mengalami dehidrasi.
- Pada bayi ubun-ubunya cekung.
- Turgor menurun karena sel-sel jaringan kehilangan elastisnya (cairan interstiti berkurang).
b. Manifestasi
- Coma.
- Disorientasi (linglung).
- Halusinasi.
- Hiperaktivity.
- Menarik diri.
c. Pengukuran
- Kenaikan suhu badan biasanya menyertai kekurangan cairan, pertumbuhan/ penyusutan sebanyak 1 kg setara dengan 1 liter air.
- Hasil tes darah dan air seni.
( Tarwoto, 2003 )


1.2.5. Masalah Keseimbangan Cairan
a. Hipovolemik
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume Cairan Ekstra Seluler (CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastronteitestinal, perdarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik.
Gejala : Pusing, lemah, letih, aneroksia, mual muntah, rasa haus, gangguan mental, konstipasi dan oligurasi, penurunan TD, HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering dang kasar, begitu juga mukosa mulut kering.
b. Hipervolemik
Adalah penambahan/ kelebihan volume CES dapat terjadi karena:
- Stimulasi kronis ginjal menahan natrium dan air.
- Fungsi ginjal abnormal dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
- Kelebihan pemberian cairan.
- Perpindahan cairan intersital ke plasma.
( Tarwoto, 2003 )
1.2.6. Tindakan Untuk Mengatasi Masalah/ Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

a. Pemberian cairan melalui infus.
Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan cara memasukkan cairan melalui intravena dengan bantuan perangkat infus. Tujuannya pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.
b. Transfusi darah.
Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang membutuhkan darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan seperangkat alat tranfusi, tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perkusi jaringan. ( Uliya, Misrifatul, dkk. 2006 )


BAB II
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian Data
Tanggal MRS : 02 Januari 2010 Jam : 16.30 WIB
Tanggal Pengkajian : 03 Januari 2010 Jam : 17.00 WIB
No. Register : 176021
Ruangan : Kelas II-B Dewasa RSI Siti Hajar Sidoarjo
Diagnosa : Hepatitis
1.1. Data Subyektif
1.1.1. Biodata
Nama : Tn. “D” Nama istri : Ny. “L”
Umur : 29 tahun Umur : 27 tahun
Pendidikan : Sarjana Pendidikan : SMA
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : IRT
Penghasilan : ± Rp. 1.500.000,- Penghasilan : -
Kawin ke : 1 ( satu ) Kawin ke : 1 ( satu )
Lama kawin : 2 tahun Lama kawin : 2 tahun
Alamat : Griyo Mapan Alamat : Griyo Mapan
Sentosa Blok H 1 Sedati Sentosa Blok H 1 Sedati

1.1.2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri perut bagian kanan, nyeri pinggang dan merasakan badanya lemas.
1.1.3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan sudah mulai panas sejak tanggal 28 Desember 2009. Kemudian tanggal 29 Desenber 2009 dibawa berobat ke dokter dan diberi obat penurun panas. Selang beberapa jam kemudian panasnya turun. Selang beberapa jam panasnya bertambah. pada tanggal 02 Desember 2010 panasnya semakin bertanmbah dan disertai mual dan nyeri perut sebelah kanan. Istri pasien khawatir dan langsung di bawa ke RSI Siti Hajar Sidoarjo pada pukul 16.30 WIB.
1.1.4. Riwayat Kesehatan Yang Dulu
Pasien mengatakan sebelumnya sudah pernah masuk rumah sakit karena menderita penyakit DBD ( Demam Berdarah Dengue ) dan dema thypoid dan dirawat di rumah sakit selam 7 hari. Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit menurun seperti DM ( Diabetes Militus ), tekanan darah tinggi dan penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan HIV/ AIDS.
1.1.5. Riwayat kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarganya ada yang pernah menderita penyakit asma tetapi tidak ada yang pernah menderita penyakit menurun seperti DM ( Diabetes Militus ), tekanan darah tinggi dan penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan HIV/ AIDS.
1.1.6. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola nutrisi
• Sebelum sakit : Makan : Istri pasien mengatakan, pasien makan 3-4 X/ hari, porsi sedang, 1 piring habis nasi + sayur + lauk pauk + buah.
Minum : Istri pasien mengatakan minum 2 botol aqua ( 1,5 liter air putih/ hari )
• Saat sakit : Makan : Saat pengkajian pasien makan 1 porsi bubur tim + daging, I porsi habis.
Minum : Saat pengkajian pasien minum 200 cc.
b. Pola eliminasi
• Sebelum sakit : BAB : Istri pasien mengatakan BAB 1X/ hari, konsistensi padat, warna coklat kekuningan, bau khas.
BAK : 8X/ hari, warna kuning jernih, bau khas.
• Saat sakit : BAB : Saat pengkajian pasien sudah BAB 2X dengan konsistensi cair.
BAK : Selama di Rumah Sakit pasien sudah BAK 8X/ hari, warna kuning kemerahan, bau khas,
c. Pola istirahat
• Sebelum sakit : Istri pasien mengatakan
Siang : 13.00-14.30 WIB, efektif
Malam : 19.30-05.00 WIB, efektif
• Saat sakit : Siang : 12.00-16.00 WIB, tidak efektif
Malam : 20.00-05.00 WIB, tidak efektif
d. Pola aktivitas
• Sebelum sakit : Istri pasien mengatakan kegiatanya sehari-hari yaitu bekerja sebagai karyawan swasta disebuah perusahaan.
• Saat sakit : Pasien istirahat total, berbaring ditempat tidur dengan posisi supinasi.
e. Personal hygien
• Sebelum sakit : Mandi 2-3X/ hari, karmas 2X/ minggu, ganti baju 2-3X/ hari
• Saat sakit : Istri pasien menyeka pasien 2X/ hari, dan ganti baju 1X/ hari
1.1.7. Psikososial
Istri pasien mengatakan hubungan antara keluarga dan lingkungan baik, begitu juga dengan saudara dan anak-anaknya. Serta hubungan perawat dengan pasien lainnya juga baik.
1.1.8. Sosial Budaya
Istri pasien mengatakan suaminya dilarang makan dan minum yang banyak mengandung cafein, alcohol seperti minuman keras, obat-obatan terlarang, dll.
1.2. Data Obyektif
1.2.1. Keadaan umum : Baik
1.2.2. Kesadaran : Composmetis
GCS : Buka mata ( E ) : 4 = spontan
Respon motoruk terbaik ( M ) : 5 = orientasi baik dan sesuai
Respon verbak terbaik ( V ) : 6 = mengikuti perintah


1.2.3. TTV : TD : 120/90 mmHg
Nadi : 84 X/ menit
Suhu : 37 º C
RR : 20 X/ menit
1.2.4. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok, warna hitam, rambut lurus, tidak ada lesi.
Mata : Simetris, conjungtiva sedikit pucat, sclera kuning, daya akomodasi baik.
Hidung : Simetris antara kedua lubang hidung, tidak ada polip, lubang hidung bersih, tidak da lesi, tidak ada secret, tidak ada PCH.
Muka : Pucat, simetris, tidak da oedema.
Mulut & gigi : Tidak labioskizis. Tidak stomatitis, bibir kering, tidak ada gigi palsu, bibir pecah-pecah, tidak ada pembesaran tonsil.
Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada lesi.
Leher : Bentuk leher simetris antara kanan dan kiri, tidak ada lesi, tidak ada oedema, bersih, tidak ada pembesaran kel.tiroid.
Axilla : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kel.limfe.
Dada : Tidak ada lesi, bentuk dada simetris,
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada oedema
Punggung : Simetris antara liri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada kelainan tulang punggung.
Genetalia : Bersih, tidak ada kelainan genetalia.
Anus : Bersih, tidak ada hemoroid.
Eks. Atas : Simetris, jumlah jari nomal, tidak polidaktil, tidak sindaktil, tidak brahkidaktil, terpasang infus di tangan sebelah kiri yaitu cairan RL 20 tpm, tidak ada oedema
Eks. Bawah : Simetris, jumlah jari nomal, tidak polidaktil, tidak sindaktil, tidak brahkidaktil, tidak ada lesi, tidak ada oedema.

b. Palpasi
Kepala : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, rambut tidak rontok.
Mata : Tidak ada palpebra oedema.
Hidung : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan,.
Leher : Tidak ada pembesaran kel.tyroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
Axilla : Tidak ada pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri tekan.
Abdomen : Ada pembesaran hepar, ada nyeri tekan pada perut sebelah kanan.
Dada : Tidak ada nyeri tekan.
c. Auskultasi
Dada : Tidak ada wheezing, tidak ada ronchi.
Abdomen : Tidak acites.
d. Perkusi
Dada : Tidak sakit waktu diketuk.
Abdomen : Tidak meteorismus.
Eks. Bawah : Reflek patella +/ +
1.2.5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Speciment Metode Hasil Nilai normal
FAAL GINJAL
*BUN
- BUN

darah

16,7

4,7-23,3 mg/ dl
* Creatinin
- Creatinin
darah
1,65 L: 0,7-1,2 mg/ dl
P: 0,8-1,0 mg/ dl
FAAL HATI
*SGOT/ SGPT
- SGOT
- SGPT

darah
darah

157
165

0,40 mg/ dl
0,40 mg/ dl
HEMATOLOGI
*Darah lengkap
- Eritrosit
- HB

- HCT
- Hitung jenis
- Leukosit
- Trombosit

darah Terla-pir

3,0-6,5 juta/ cmm
L: 13,5-18,0 gr %
P: 11,5-18,0 gr %
-
35.0-50.0 %
4000-10000/ cmm
150-450 ribu/ cmm



WBC : 7.9 10 ³/ mm³ < 3.5-10.0 >
RBC : 4.77 10 ³/ mm³ < 3.80-5.80 >
HGB : 13.6 g/ dl < 11.0-16.5 >
HCT : 40.6 % < 35.0-50.0 >
PLT : 154 10 ³/ mm³ < 150-390 >
PCT : .117 % < .100-.500 >
MCV : 85 µm³ < 80-97 >
MCHC : 33.4 g/ dl < 31.5-35.0 >
RDW : 14.3 % < 10.0-15.0 >
MPV : 7.0 µm³ < 6.5-11.0 >
RDW : 11.9 % < 10.0-18.0 >

DIFF
%LYM : 25.7 % < 17.0-48.0 >
%MON : 5.4 % < 4.0-10.0 >
%GRA : 68.9 % < 43.0-76.0 >

#LYM : 2.0 10 ³/ mm³ < 1.2-3.2 >
#MON : 0.4 10 ³/ mm³ < 0.3-0.8 >
#GRA : 5.5 10 ³/mm ³ < 1.2-6.8 >
1.2.6. Terapi
- RL : D5 % 20 tpm
- Drip Cernevit 2 mililiter ( ml ) 1 X 1
- Inj. Combicef 1 gram ( g ) 2 X 1
- Inj. Antrain 2 mililiter ( ml ) 2 X 1
- Inj. Cephaflox 1 gram ( g ) 3 X 1
- Inj. Pepzol 40 miligram ( mg ) 2 X 1
II. Interprestasi Data Dasar
Diagnosa : Tn. “D” umur 29 tahun dengan diagnosa hepatitis
Ds : Pasien mengatakan nyeri perut bagian kanan, nyeri pinggang dan merasakan badanya lemas.
Do : - Nyeri tekan pada perut bagian kanan
- Muka pucat
- Bibir kering
- Hasil TTV : TD : 120/90 mmHg
Suhu : 37 º C
Nadi : 84 X/ menit
RR : 20 X/ menit
- Mata ikterus
Masalah : Gangguan rasa nyaman ( nyeri perut ) berhubungan dengan adanya infeksi pada hepar.
Ds : Pasien mengatakan nyeri perut bagian kanan, nyeri pinggang dan merasakan badanya lemas.
Do : - Muka pucat
- Mata ikterus
- Bibir kering
- Kulit sedikit kuning
- Hasil TTV : TD : 120/90 mmHg
Suhu : 37 º C
Nadi : 84 X/ menit
RR : 20 X/ menit
Kebutuhan dasar:
- Kebutuhan rasa nyaman
- Kebutuhan cairan dan elektrolit
Asuhan keperawatan:
- Beri penjelasan pada pasien tentang penyebab nyeri.
Rasional : Kurangnya pengetahuan menyebabkan ketidaknyamanan dan akan mempengaruhi emosi pasien.
- Observasi nyeri dan karakteristiknya termasuk kualitas, kuantitas, frekuensi lama dan lokasi nyeri.
Rasional : Gambaran nyeri akan mendukung intervensi yang tepat.
- Anjurkan teknik relaksasi.
Rasional : Pelepasan endotin dari pusat reseptor nyeri sehingga terjadi nyeri berkurang
- Beri posisi pasien senyaman mungkin.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membuat pasien rileks sehingga nyeri berkurang.
- Observasi TTV ( Tanta-Tanda Vital ).
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan merupakan indikator untuk mengurangi

- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik.
Rasional : Merangsang pelepasanedorphin sehingga terjadi inhabisi nyeri perifer dapat dihambat.
Catatan perkembangan:
- Tanggal 02 Januari 2010
Keluhan : Pasien mengatakan badannya panas.
Tindakakan keperawatan :
• Observasi TTV.
• Kompres dengan air dingin.
• Anjurkan kepada pasien untuk memakai baju tipis dan menyerap keringat.
• Menberikan rehidrasi cairan.
- Tanggal 03 Januari 2010
Keluhan : Pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah.
Tindakan keperawatan :
• Observasi TTV
• Berikan posisi yang nyaman kepada pasien.
• Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik.
- Tanggal 04 Januari 2010
Keluhan : Pasien mengatakan badanya panas.
Tindakan keperawatan :
• Observasi TTV
• Berikan rasa nyaman kepada pasien.
• Anjurkan untuk relaksasi.
• Kolaborasi dengan tim medis.
- Tanggal 05 Januari 2010
Keluhan : Pasien mengatakan sering BAB tetapi ada sedikit ampas.
Tindakan keperawatan :
• Observasi TTV
• Anjurkan untuk makan dan minum yang cukup.
• Kolaborasi dengan tim medis
- Tanggal 06 Januari 2010
Keluhan : Pasien mengatakan badannya lemas.
Tindakan keperawatan :
• Observasi TTV
• Anjurkan untuk makan dan minum dalam porsi sedikit tapi sering.
• Kolaborasi dengan tim medis.
- Tanggal 07 Januari 2010
Keluhan : Pasien mengatakan badannya panas.
Tindakan keperawatan :
• Observasi TTV
• Anjurkan banyak makan dan minum.
• Memberikan resep dokter.
- Tanggal 08 Januari 2010
Keluhan : Pasien mengatakan tidak ada keluhan dan ingin cepat pulang.
Tindakan keperawatan :
• Observasi TTV
• Anjurkan untuk makan dan minum cukup.
• Kolaborasi dengan tim medis.
- Tanggal 09 Januari 2010
Keluhan : Pasien mengatakan tidak ada keluhan dan ingin cepat pulang.
Tindakan keperawatan :
• Observasi TTV
• Anjurkan untuk makan dan minum cukup.
• Kolaborasi dengan tim medis.
































DAFTAR PUSTAKA


Arif. Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

RSI Siti Hajar. 2009. Standar Asuhan Keperawatan. Sidoarjo: RSI Siti Hajar

Suriadi, dkk. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar Interpratama

Uliyah. Musrifatul dan Hidayat A. Aziz Alimul. 2007. Ketrampilan Dasar Praktek Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Wartonah. Tarwoto. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “D” GVIP30003
UMUR KEHAMILAN 37 MINGGU FISIOLOGIS
DI PUSKESMAS CUKIR JOMBANG













Disusun Oleh :
PARAMITHA SARI FAMUZI
NIM : 2008.01.0827






SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kepada Alloh SWT, atas segala Rahmad dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek klinik dengan judul "Asuhan Kebidanan Pada Ny. "D" GIV P30003 usia kehamilan 37 Minggu Fisiologis di Puskesmas Jelakombo Jombang.

Dengan selesainya tugas ini semuanya tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari semua pihak. Untuk itu penulis menyampaikan setulus-tulusnya ucapan terima kasih kepada :
1. dr.Setya Astoeti, selaku Kepala Puskesmas Jelakombo Jombang.
2. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes. MM selaku Ketua STIKES Husada Jombang.
3. Aschabulaikah, Amd. Keb selaku Bidan Pembimbing di Puskesmas Jelakombo.
4. Istiadah Fatmawati, Amd. Keb, selaku Pembimbing Akademik di STIKES Husada Jombang.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan asuhan kebidanan ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan selanjutnya.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi teman-teman mahasiswa pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.




Jombang, Maret 2010
Penulis






BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kehamilan adalah saat-saat yang menyenangkan dan dinanti-nantikan oleh ibu dan keluarganya pada umumnya, semua ibu menginginkan kehamilannya maupun persalinannya berjalan aman, lancar dan normal. Tetapi setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal. Ibu hamil tersebut harus sering dikunjungi jika terdapat masalah dan hendaknya dia disarankan untuk menemui petugas kesehatan bilamana dia merasakan tanda-tanda bahaya atau jika dia merasa khawatir. (Prawirohardjo, 2002).

Dari sudut ilmu kebidanan dan juga aspek mediko-legal seseorang hendaknya mampu menentukan taksiran umur embrio, fetus matur dan janin matur lamanya suatu kehamilan secara pasti tidak jelas. Namun suatu kehamilan normal biasanya akan berlangsung selama 280 hari atau 10 bulan (9 bulan 7 hari) atau 40 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan ovum, terjadinya migrasi spermatozoa dan ovum, terjadinya konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi nifasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plaenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 1998; 95)

Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya. Diketahui bahwa janin dalam rahim dan ibunya merupakan satu kesatuan yang paling mempengaruhi, sehingga kesehatan ibu yang optimal akan meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan janin. (Manuaba, 1998; 128)

Tujuan pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat. Dengan mengenali dan menangani penyulit yang mungkin dijumpai, mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin, menurunkan angka morbiditasi dan mortalitas ibu dan anak, memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan KB.

1.2 Tujuan Penulisan dan Penyusunan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar penyusun dapat mengetahui, memahami lebih mendalam serta mampu mengembangkan pola pikir secara ilmiah (teoritis) dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan kurang gizi.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian data pada ibu hamil.
2. Mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan pada ibu hamil.
3. Mengidentifikasi masalah potensial pada ibu hamil.
4. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada ibu hamil.
5. Mengembangkan rencana tindakan pada ibu hamil.
6. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang ditetapkan pada ibu hamil.
7. Mengevaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Institusi
Sebagai bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan asuhan kebidanan fisiologi.
1.3.2 Bagi Mahasiswa
Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang telah didapat di dalam perkuliahan dan dalam melaksanakan asuhan kebidanan patologi padai ibu hamil.
1.3.3 Bagi Pasien
Pasien dapat mengetahui kehamilannya serta kondisi pasien beserta janin yang dikandungnya.




1.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data meliputi :
1.4.1 Wawancara
Yaitu mengumpulkan data dengan tanya jawab secara langsung pada pasien, sehingga mendapatkan tentang permasalahan yang ada pada pasien.
1.4.2 Observasi
Yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap perubahan yang terjadi pada pasien.
1.4.3 Pemeriksaan Fisik
Yaitu pemeriksaan pada pasien yaitu meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mendapatkan data obyektif.
1.4.4 Pemeriksaan Laboratorium atau Penunjang
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan pasien untuk menunjang dalam menentukan diagnosa, seperti pemeriksaan darah atau HB dan urine (protein urine, albumin).
1.4.5 Studi Kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari buku-buku dan makalah yang ada hubungannya dengan masalah kehamilan.
1.4.6 Dokumentasi
Yaitu melihat catatan medis pasien maupun hasil pemeriksaan yang ada pada buku KIA ibu.

1.4.7 Sumber Data
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pasien.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari pasien yaitu keluarga pasien, tim kesehatan, catatan medis dan lain-lain.

1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara sistematis menjadi empat BAB dengan susunan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Yaitu terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan atau penyusunan, teknik pengumpulan data, sistematika penulisan, tempat dan waktu penyusunan asuhan kebidanan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan konsep dasar kehamilan fisiologis, konsep dasar antenatal care (ANC), nutrisi atau gizi ibu hamil dan konsep dasar asuhan kebidanan.
BAB III TINJAUAN KASUS
Meliputi pengkajian data, identifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan, antisipasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementas dan evaluasi.
BAB IV PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan dan saran.

1.6 Tempat dan Waktu Penyusunan Asuhan Kebidanan
Penyusunan asuhan kebidanan waktu dan tempat pengambilan data serta pelaksanaan asuhan kebidanan dilakukan pada tanggal 04 Maret 2010 di Poli Kandungan (KIA) Puskesmas Cukir.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah masa dimulai dari hasil konsepsi sampai lahirnya janin dengan lama kehamilan 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Sarwono Prawirohardjo, 2000; 189)
2.1.2 Proses Kehamilan
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari :
1. Ovulasi
Adalah pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks selama masa subur yang berlangsung 20 – 35 tahun hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi.
2. Terjadi migrasi spermatozoa dan ovum
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks.
- Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus
- Menjadi spermatosit pertama
- Menjadi spermatosit kedua
- Menjadi spermatit
- Akhirnya spermatozoa
Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi mata rantai hormonal yang kompleks dari panca indra, hipotalamus, dan sel interstitial sehingga spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Pada setiap hubungan seks ditumpahkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40 – 60 juta spermatozoa setiap cc. Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberatus yang mencapai tuba fallopii, sementara yang masuk ke dalam alat genetalia wanita dapat hidup selama 3 hari, sehingga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi.


3. Terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot.
4. Terjadi nidasi (implantasi) pada uterus
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium nidasi biasanya terjadi setelah 7 hari dari proses konsepsi dimana zigot tersebut akan mencari tempat yang subur di rahim untuk melakukan nidasi. Tempat nidasi biasanya bagian fundus uteri di dinding depan atau belakang.
5. Pertumbuhan plasenta
Desidua adalah mukosa rahim pada kehamilan yang dibagi atas :
a. Desidua basalis : yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding rahim, disinilah plasenta terbentuk.
b. Desidua kapsularis : yang meliputi hasil konsepsi ke arah rongga rahim yang lama kelamaan bersatu dengan desidua vera karena obliterasi.
c. Desidua vera (parietalis) : yang meliputi lapisan dalam dinding rahim lainnya.
2.1.3 Perubahan Fisiologis Pada Wanita Hamil
1. Perubahan pada sistem reproduksi
a. Rahim dan uterus
- Ukuran pada kehamilan cukup bulan.
- Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan.
b. Ovarium (indung telur)
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung corpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu.
c. Vagina dan vulva
Karena pengaruh estrogen terjadi perubahan pada vagina, akibat hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih merah dan kebiruan warna livide pada vagina dan portio serviks disebut tanda chadwick.



2. Perubahan pada organ dan sistem lainnya
a. Sistem sirkulasi darah
- Volume darah akan bertambah banyak dan diikuti dengan hemodilusi puncaknya pada umur kehamilan 32 minggu, volume darah bertambah 25 – 30% sedangkan sel darah bertambah 20%.
- Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro plasenter.
- Jumlah protein albumin dan gamma globin meningkat secara bertambah pada akhir kehamilan.
- Jumlah leukosit meningkat sampai 10.000/cc, begitu pula dengan produksi trombosit.
b. Sistem respirasi
Terjadi perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2, di samping terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu.
c. Sistem pencernaan
Karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat menyebabkan : hipersalivasasi, mual dan sakit atau pusing pada pagi hari (morning sickness), muntah (emesis gravidarum), progesteron menimbulkan gerak usus makin berkurang (konstipasi).
d. Traktus urinarius
Ginjal bekerja lebih berat karena harus menyaring ampas dari dua orang yaitu ibu dan janin. Pada trimester kedua kehamilan akan terjadi sering buang air kecil karena uterus lebih antefleksi dan membesar sehingga menekan kandung kemih.
e. Perubahan pada kulit
Kulit terjadi deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofise anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
- Muka menyerupai topeng yang disebut chloasma gravidarum.
- Pada areola dan papilla mammae mengalami hyperpigmentasi dan papilla lebih menonjol.
- Pada perut terdapat linea alba (garis hitam yang terbentang di atas simfisis sampai pusat) dan linea nigra (lebih hitam terbentang di tengah di atas pusat sampai px) ada striae gravidarum yang merupakan garis-garis pada kulit yang dibedakan menjadi striae livide (berwarna hitam) dan striae albican (berwarna putih).
f. Perubahan tungkai
Pada hamil tua sering oedem pada salah satu tungkai yang disebabkan oleh tekanan uterus yang membesar, terkadang juga terjadi varises. Hal ini terjadi karena pengaruh hormon estrogen sehingga vena mengalami hypervaskularisasi.
g. Perubahan sikap
Pada wanita hamil, uterus membesar karena terisi oleh hasil konsepsi yang tumbuh menjadi janin dan juga peregangan pada perut, maka untuk mengimbangi berat tersebut akan mengalami lordosis.
h. Perubahan tulang dan gigi
Persendian panggul akan terasa lebih longgar, karena ligamen melunak (softeining) dan terjadi sedikit pelebaran pada ruang persendian juga sering terjadi epulis pada gusi.
i. Metabolisme
Demgam terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI.
j. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan yaitu estrogen, progesteron dan somato mammotropin.
Penampakan payudara pada ibu hamil adalah sebagai berikut :
- Payudara menjadi lebih besar.
- Areola mammae makin hyperpigmentasi.
- Glandula montgomery makin tampak.
- Pengeluaran ASI belum berlangsung karena prolaktin belum berfungsi karena hambatan dari PIH (Prolaktine Inhibiting Hormone) untuk mengeluarkan ASI.
- Setelah persalinan hambatan prolaktin tidak ada sehingga pembuatan ASI dapat berlangsung.
2.1.4 Perubahan Psikologi
1. Trimester I
a. Ibu merasa tidak sehat dan sering kali membenci kehamilannya.
b. Perasaan kecewa, penolakan dan kesedihan.
c. Butuh dicinta.
d. Masih rahasia.
2. Trimester II
a. Ibu merasa sehat.
b. Ibu sudah menerima kehamilannya.
c. Merasakan gerakan bayi.
d. Merasa nyaman.
3. Trimester III
a. Periode menunggu dan waspada.
b. Meningkatkan kewaspadaan akan timbulnya tanda-tanda dan gejala terjadinya persalinan.
c. Melindungi bayinya agar terlindung dari bahaya.
d. Merasa aneh dan jelek.
e. Merasa sedih akan terpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil.
f. Butuh dukungan dari suami, keluarga dan bidan.
g. Persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua.
2.1.5 Pembagian Usia Kehamilan
Usia kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, yaitu :
1. Trimester I : 0 – 12 minggu
2. Trimester II : 13 – 27 minggu
3. Trimester III : 28 – 40 minggu
2.1.6 Tanda dan Gejala Kehamilan
1. Tanda presumtif
a. Amenorhoe
Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan yang dihitung dengan menggunakan rumus TP = HPHT + 7, bulan HT – 3, tahun HT + 1.

b. Mual dan muntah
Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir trimester I. Karena sering terjadi pagi hari, disebut morning sickness.
c. Mengidam
Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu terutama pada TM I.
d. Tidak tahan suatu bau-bauan.
e. Pingsan
Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat bisa pingsan.
f. Tidak ada selera makan
Hanya berlangsung pada TM I kehamilan, kemudian nafsu makan timbul lagi.
g. Lelah
h. Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri
Disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara, kelenjar montgomery terlihat lebih besar.
2. Tanda mungkin hamil
a. Uterus membesar, terjadi perubahan dalam bentuk, besar dan konsistensi dari rahim.
b. Tanda hegar
Konsisten rahim yang lunak terutama di daerah istmus uteri, jika VT sampai verniks anterior dan tangan satunya pada dinding perut, seolah-olah istmus (-).
c. Tanda piscaseck
Pembesaran dengan perubahan bentuk rahim lebih besar di tempat nidasi.
d. Tanda chadwick
Pada vagina terlihat daerah livid dan keunguan karena congesti vena.
e. Kontraksi kecil uterus bila dirangsang (braxton hicks).
f. Reaksi kehamilan positif
3. Tanda pasti (tanda positif)
a. Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian-bagian janin (melalui USG).
b. Terdengar DJJ.
c. Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen.
2.1.7 Usia Kehamilan
Menentukan umur kehamilan sangat penting untuk memperkirakan persalinan.Umur kehamilan dapat ditentukan dengan:
1. Mempergunakan rumus Neagle
a. Dapat dihitung dari haid pertama haid terakhir, tanggal ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun ditambah satu.
b. Dapat juga tanggal ditambah tujuh, bulan ditambah sembilan.
2. Gerakan pertama janin (Quickening)
Gerakan janin terasa pada sekitar minggu ke-16 kehamilan. Primigravida mungkin mampu merasakan gerakan janin sampai sekitar minggu ke-20.
3. Perkiraan tinggi fundus uteri
Menggunakan rumus Mc. Donald.
Umur kehamilan = TFU (dalam cm
3,5
4. Menentukan usia kehamilan menggunakan jari :
TFU diukur menggunakan jari.
Akhir Bulan Besar Uterus Tinggi Fundus Uterus
1 Lebih besar dari biasa Belum teraba (palpasi)
2 Telur bebek Dibelakang simpisis
3 Telur angsa 1-2 jari di atas simpisis
4 Kepala bayi Pertengahan simpisis pusat
5 Kepala dewasa 2-3 jari dibawah pusat
6 Kepala dewasa Setinggi pusat
7 Kepala dewasa 2-3 jari batas pusat
8 Kepala dewasa Pertengan pusat px
9 Kepala dewasa 3 jari bawah px
10 Kepala dewasa Sama dengan kehamilan 8 bulan namun melebar kesamping

5. Menutur Spielgeberg
Dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari sympisis, maka diperoleh data :
22 – 28 minggu 24 – 25 cm di atas sympisis
28 minggu 26,7 cm di atas sympisis
30 minggu 29,5 – 30 cm di atas sympisis
32 minggu 29,5 – 30 cm di ats sympisis
34 minggu 31 cm di atas sympisis
36 minggu 32 cm di atas sympisis
38 minggu 33 cm di atas sympisis
40 minggu 37,7 cm di atas sympisis
6. Rumus Johnson – Tausak : BB = (MD – 12)x155
BB : Berat badan, MD : Jarak sympisis – fundus uteri
7. Penentuan umur kehamilan dengan ultrasonografi dimana diperhitungkan umur hamil dengan jarak biparlebal, jarak tulang libia dan panjang lingkaran abdomen janin.
8. Cara menghitung DJJ
a. Setiap menit misalnya 140 kali per menit.
b. Dihitung 3x5 detik secara berurutan, dengan cara ini diketahui teratur tidaknya DJJ
Contoh :
11 – 12 – 11
DJJ = 4x (11+12+11) = 136 per menit, teratur
10 – 14 – 09
DJJ = 4x (10 – 14 – 09) = 132 per menit teratur
2.1.8 Menentukan Leopold
Manuver palpasi menurut leopold :
Pemeriksaan menurut leopold :
1. Leopold I
- Pemeriksa menghadap muka ibu hamil
- Menentukan TFU dan bagian janin dalam fundus
- Menentukan konsistensi uterus
- Menentukan TBJ

Variasi menurut Knebel :
Menentukan letak kepala/bokong, satu tangan di fundus tangan lain di atas sympisis.
2. Leopold II
- Menentukan bagian samping rahim kanan dan kiri ibu.
- Menentukan letak punggung dan bagian terkecil (ekstremitas) janin kiri/kanan.
- Pada letak lintang tentukan dimana kepala janin.
Variasi menurut Budin :
Menentukan letak punggung dengan satu tangan menekan di fundus.
3. Leopold III
- Menentukan bagian berbawah janin.
- Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk PAP atau masih goyang.
Variasi menurut Ahlfeld :
Menentukan letak punggung dengan pinggir tangan kiri diratakan tegak di tengah perut.
4. Leopold IV
- Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu hamil.
- Menentukan bagian terbawah janin berapa jauh sudah masuk PAP.
- Biasanya sambil melakukan palpasi, sekaligus diperhatikan tentang konsistensi uterus, gerakan janin, kontraksi uterus (his) dan apakah ada lingkaran van Bandle.












2.2 Konsep Dasar Antenatal Care
2.2.1 Pengertian
Antenatal care adalah pengawasan sebelum anak lahir terutama ditujukan pada anak, masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
2.2.2 Tujuan pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil adalah pengawasan sebelum anak lahir terutama ditujukan pada anak.
1. Tujuan umum
Adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama kehamilan, persalinan dan nifas sehingga didapat ibu dan anak yang sehat.

2. Tujuan khusus
a. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai pada kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
b. Mengenali dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin diderita ibu hamil secara dini.
c. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
d. Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.
e. Memantau kemajuan untuk memastikan kesehatan ibu dan pertumbuhan serta perkembangan janin.
f. Menyiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan mempersiapkan pemberian ASI eksklusif.
2.2.3 Kebijakan Teknis
Penatalaksanaan ibu hamil secara teknis atau keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai berikut :
1. Mengupayakan kehamilan yang sehat.
2. Melakukan deteksi dini komplikasi, melaksanakan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan.
3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
4. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.



2.2.4 Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
1. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat 1 bulan.
2. Periksa ulang 1 kali sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan.
3. Periksa ulang 2 kali sebulan sampai umur kehamilan 9 bulan.
4. Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan.
5. Periksa khusus apabila ada keluhan-keluhan.

2.2.5 Pelayanan Asuhan Standart 7T
1. Timbang berat badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Ukur tinggi fundus uteri.
4. Pemberian imunisasi TT lengkap.
5. Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama hamil.
6. Test terhadap penyakit menular seksual.
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

2.2.6 Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan
1. Perdarahan pervaginam
2. Sakit kepala lebih dari biasa
3. Gangguan penglihatan
4. Pembengkakan pada wajah dan tangan
5. Nyeri abdomen (episgastrik)
6. Janin tidak bergerak sebanyak biasanya
(Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal, 2004)

2.2.7 Menentukan Leopold
Teknik pemeriksaan palpasi terdiri dari :
Pemeriksaan menurut leopold :
• Leopold I
- Pemeriksa menghadap muka ibu hamil
- Menentukan TFU dan bagian janin dalam fundus
- Menentukan konsistensi uterus

Variasi menurut Knebel :
Menentukan letak kepala/bokong, satu tangan di fundus tangan lain di atas sympisis.
• Leopold II
- Menentukan bagian samping kanan dan kiri
- Menentukan letak punggung janin
- Pada letak lintang tentukan dimana kepala janin.
Variasi menurut Ahlfeld :
Menentukan letak punggung dengan meletakkan pinggir tangan kiri diratakan tegak di tengah perut.
Variasi menurut Budin :
Menentukan letak punggung dengan satu tangan menekan di fundus.
• Leopold III
- Menentukan bagian tekanan janin.
- Apakah bagian terbawah sudah masuk PAP atau belum.
• Leopold IV
- Kaki pasien diluruskan, pemeriksa menghadap ke kaki pasien.
- Jika bagian terendah janin sudah masuk PAP. Seberapa jauh masuk ke PAP.

2.2.8 Perkembangan janin di dalam trimester III
- Pada minggu ke-28
1) Panjang janin 35 cm
2) Beratnya  1000 gram
3) Kulit warna merah ditutupi verniks kaseosa
4) Janin dapat bernafas, menelan dan mengatur suhu, surfaktan terbentuk di dalam paru-paru, lanugo, berkurang.
5) Kalau menangis mengeluarkan suara yang lemah.
- Pada minggu ke-32
1) Panjang janin 40-32 cm
2) Beratnya  1800 gram
3) Simpanan lemak berkembang dibawah kulit, lanugo mulai berkuarng tetapi masih tertutup vernik kaseosa, bila lahir kelihatan seperti orangtua kecil atau little old man.
- Pada minggu ke-36
1) Panjang badan 46 cm
2) Beratnya  2500 gram
3) Kulit merah muda, tubuh bulat, lanugo menghilang diseluruh tubuhnya biasanya gemuk.
4) Tulang tengkorak masih belum sempurna, muka berseri tidak keriput, jaringan lemak terus bertambah.
5) Jika bayi pada waktu ini mempunyai kesempatan hidup yang baik dengan perawatan yang tepat.
- Pada minggu ke-40
1) Panjang badan 50-53 cm
2) Beratnya  3000 gram
3) Bayi cukup bulan
4) Kulit licin, fetus gemuk, dan merah, sedikit lanugo dan sedikit verniks kaseosa.
5) Rambut kepala tumbuh dengan baik
6) Pada laki-laki testis sudah turun ke skrotum
7) Kuku-kuku tumbuh dengan baik
8) Pada bagian wanita labia mayora menutupi labia minora
2.2.9 Panduan Menu Sehat Saat Hamil
Jenis makanan Sumber Zat Besi Kebutuhan
(Porsi/Hari)
Karbohidrat
(nasi, sereal, roti, mie)
Per porsi : ½ gelas (matang), atau 1 iris roti Vitamin B compleks
Besi
Serat 6
Sayuran
Per porsi : ½ gelas (matang) atau ¾ gelas (mentah) Vitamin A dan C
Asam folat
Serat 3
Protein dan lemak (daging, ayam, ikan telur, kacang-kacangan)
Per porsi : 2-3 ons daging atau ½ - 1 gelas kacang-kacangan, atau 2 butir telur Protein
Vitamin B1 dan B6
Besi dan seng 3
Susu, yougurt, keju
Per porsi = 1 gelas, atau 1½ oz keju Protein
Vitamin B2
Kalsium 3
Buah-buahan
Per porsi : 1 iris atau 1 potong berukuran sedang Vitamin C
Asam folat
Serat 2


Jenis Zat Gizi Kegunaan Sumber
Protein - Membangun sel-sel tubuh janin
- Pertumbuhan rahim dan payudara
- Pertumbuhan jumlah cairan darah dan ketuban ibu Daging, telur, tahu, tempe dll.
Kalsium - Pembentukan tulang dan gigi janin.
- Berperan dalam kontraksi otot dan pembukaan darah Susu dan produk susu (yogurt, keju, dll)
Besi - Membentuk hemoglobin (zat merah darah) yang bertugas mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Daging, kacang-kacangan, kerang
Asam folat - Mencegah cacat bawaan pada janin berupa kelainan saraf yang direbut defek tabung neurol Kuning telur, susu dan produk susu, ikan berlemak dll. Juga bisa dibuat sendiri oleh tubuh dengan bantuan sinar matahari
Vitamin D - Membantu absorbsi kalsium dan fosfor
- Pertumbuhan dan menjaga kesehatan tulang Daging, sayuran dan buah-buahan, kacang-kacangan

2.2.10 Diagnosis kehamilan
1) Ikhtisar Pemeriksaan Kahamilan
a. Diagnosis Banding Nulipara dan Multipara
Primi Multi
- Buah dada runcing - Lembek menggantung
- Putting susu runcing - Putting susu tumpul
- Perut tegang dan menonjol ke depan - Perut lembek dan tergantung
- Striae livide - Striae livide dan albican
- Perineum utuh - Perineum berparut
- Vulva tertutup - Vulva menganga
- Hymen perforates - Carunucular myniteformis
- Vagina sempit dan tenaga banyak - Vagina longgar, selaput lendir licin
- Portio meruncing, ost-ext tertutup - Portio tumpul dan berbagi dalam bibir depan dan belakang
(Mochtar, 1998 : 48)
b. Tuanya kehamilan
1. Menurut Rustam Mochtar tinggi fundus uteri sama dengan hanya berguna untuk letak kepala.
12 minggu : 3 jari atas simfisis.
16 minggu : ½ simfisis pusat.
20 minggu : 3 jari bawah pusat.
24 minggu : setinggi pusat.
28 minggu : 3 jari atas pusat.
32/40 minggu : ½ pusat, prosesus xyfoideus.
36 minggu : 3 jari bawah prosesus xyfoideus.
2. Menurut Spiegelberg : dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari symfisis, maka diperoleh:
22-28 minggu : 24-25 cm diatas simfisis.
28 minggu : 26,7 cm diatas simifisis.
30 minggu : 29,5-30 cm diatas simfisis.
32 minggu : 29, 5-30 cm diatas simfisis.
34 minggu : 31 cm diatas simfisis.
36 minggu : 32 cm diatas simfisis.
38 minggu : 32 cm diatas simfisis.
40 minggu : 37,7 cm diatas simfisis.
3. Menurut Mac Donald adalah modifikasi sipelgelberg yaitu jarak fundus-simfisis dalam cm dibagi 3,5 merupakan tuanya kehamilan dalam bentuk bulan (Mochtar, 1998 : 55).
c. Letak janin dalam rahim
1. Situs (letak)
a) Letak yang dimaksud ialah letak sumbu panjang anak terhadap sumbu panjang ibu.
b) Letak membujur atau melintang.
2. Habitus (sikap)
a) Sikap yang dimaksud ialah letak bagian-bagian anak satu terhadap yang lain.
b) Flexi atau deflexi.
3. Positio (posisi)
a) Posisi yang dimaksud ialah letak salah satu bagian anak yang tertentu terhadap dinidng perut atau jalan lahir.
b) Menentukan letak kepala.


4. Presentatio (presentasi)
a) Presentasi yang dimaksud ialah apa yang menjadi bagian terendah.
b) Menentukan bagian terendah anak.
d. Intra uterin atau ekstrauterin
1. Tanda-tanda bahwa anak didalam rahim adalah :
a) Waktu meraba anak uterus berkontraksi.
b) Kadang-kadang ligamentum rotondum teraba kanan kiri dari tumor yang mengandung anak.
2. Tanda-tanda bahwa anak (yang sudah tampak besar) tumbuh diluar uterus.
a) Pergerakan anak lebih nyeri dirasakan oleh ibu.
b) Anak lebih mudah diraba dari luar.
c) Tumor yang mengandung anak tidak pernah mengeras (kontraksi Braxton Hicks).
d) Disamping anak kadang-kadang teraba tumor ialah uterus yang membesar.
e) Pada foto rontgen terlihat bahwa bagian terendah anak tinggi letaknya dan anak dalam letak paksa.
• Kalau persalinan sudah mulai, maka pembukaan tetap kecil + sebesar 1 jari dan kalau kita masukkan jari kedalam ovum uteri kosong.

e. Anak hidup atau mati
Tanda-tanda anak hidup di dalam rahim.
1. Bunyi jantung terdengar
2. Rahim membesar sesuai umur kehamilan
3. Palpasi anak jelas
Tanda-tanda kematian anak di dalam rahim.
1. Bunyi jantung anak tidak terdengar lagi.
2. Rahim tidak membesar malahan fundus uteri turun.
3. Palpasi anak menjadi kurang jelas.
4. Reaksi biologis menjadi negatif, setelah anak mati kira-kira 10 hari.
5. Pada gambar rontgen terlihat.
a) Tanda spalding.
Tulang-tulang tengkorak tutup menutupi, disebabkan isi tengkorak berkurang karena otak mencair.
b) Tulang punggung sangat melengkung.
c) Adanya gelembung-gelembung gas dalam janin.
6. Ibu tidak merasakan lagi pergerakan anak.
f. Anak tunggal atau kembar
Tanda anak kembar ialah :
1. Perut lebih besar sesuai tuanya kehamilan.
2. Meraba 3 bagian besar atau lebih.
3. Meraba 2 bagian besar berdampingan.
4. Meraba banyak bagian-bagian kecil.
5. Mendengar bunyi jantung anak pada dua tempat dengan sama jelasnya dan dengan perbedaan frekuensi 10 denyut atau lebih dalam 1 menit.
6. Pemeriksaan eletrokardiografi, ultrasound.
7. Pada hidramnion selalu harus di ingat kemungkinan kehamilan kembar.
8. Pada Ro foto atau ultrasonogram nampak 2 kerangka janin.
g. Keadaan jalan lahir
Ukuran-ukuran luar panggul :
Distantia spinarum : 24-26 cm.
Distantia cristarum : 28-30 cm.
Konjugata externa : 18-20 cm.
Lingkar panggul : 80-90 cm.
Distantia tuberum : 10,5 cm.
(Mochtar Rustam, 1998 : 86)
h. Keadaan umum ibu
• Keadaan umum ibu tentu juga mempengaruhi prognosa persalinan. ibu yang lemah atau sakit keras tentu tidak diharapkan menyelesaikan persalinan dengan baik.
• Sering kita dapat menduga adanya penyakit pada wanita hamil dari keadaan umum penderita atau dari anamnesa.

2.2.11 Nasehat Ibu Hamil
1. Diet
Dianjurkan makan makanan yang bergizi seimbang. Sebagai pengawasan, kecukupan gizi ibu dan pertumbuhan kandungannya dapat diukur berdasarkan kenaikan berat badannya, kenaikan berat badan rata-rata antara 6,5 – 16 kg, kenaikan berat badan yang berlebihan atau bila berat badan ibu turun ± 5 kg kehamilan TM III, haruslah menjadi perharian.
Tabel kebutuhan makanan sehari-hari ibu hamil TM III
Bahan Ibu Hamil TM III
Gram URT
Beras 400 2 gelas
Daging 75 3x kotak korek api tebal
Tempe 100 4x kotak korek api tebal
Sayur 300 Pada 3 gelas/daun 6 gelas
Buah (pepaya) 200 8x kotak korek api tebal
Susu 100 ½ gelas

2. Pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan masih dapat dilakukan, pekerjaan disesuaikan dengan kemampuan dan kurangi pekerjaan dengan seiring tuanya kehamilan.
3. Gerak badan
Gerak badan yang melelahkan dilarang, dianjurkan berjalan-jalan di pagi hari dalam udara yang masih segar.
4. Pakaian hamil
- Gunakan pakaian yang longgar, bersih, tidak ada ikatan yang ketat pada daerah perut yang terbuat dari kain katun sehingga mempunyai kemampuan menyerap keringat terutama pakaian dalam.
- Bisa dianjurkan yang longgar dan mempunyai kemampuan menyangga payudara yang makin berkembang.
- Memakai sepatu atau sandal yang tumitnya tidak terlalu tinggi.
5. Pemberian obat
Pengobatan penyakit saat hamil harus selalu diperhatikan apakah obat tersebut tidak berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin.
6. Menjaga kebersihan diri
Terutama pada lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, leher, paha) dengan cara dibersihkan dan dikeringkan.
7. Hubungan seksual
Coitus tidak dihalangi, kecuali jika ada sejarah :
- Sering abortus atau prematur.
- Perdarahan pervaginam.
- Pada minggu terakhir kehamilan, coitus harus hati-hati.
- Bila ketuban sudah pecah, coitus dilarang.
- Dikatakan orgasme pada hamil tua dapat menyebabkan kontraksi uterus partus prematurus.
8. Senam hamil
Senam hamil bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga dapat dimanfaatkan untuk berfungsi secara optimal dalam menghadapi persalinan dengan tenang sehingga proses persalinan dapat berjalan dengan lancar dan mudah (normal).
Manfaat senam hamil secara teratur dan terukur :
a. Memperbaiki sirkulasi darah
b. Mengurangi pembengkakan
c. Memperbaiki keseimbangan otot
d. Mengurangi resiko gangguan gastrointestinal
e. Mengurangi kram/ kejang kaki
f. Menguatkan otot perut
g. Mempercepat proses penyembuhan setelah melahirkan.

9. Persiapan Laktasi
Buah dada merupakan sumber air susu ibu yang akan menjadi makanan utama bagi bayi, karena itu jauh sebelumnya harus sudah dirawat. Bra yang dipakai harus sesuai dengan pembesaran buah dada, yang sifatnya adalah menyokong buah dada dari bawah suspension, bukan menekan dari depan.
Dua bulan terakhir dilakukan masase, kolostrum dikeluarkan untuk mencegah penyumbatan. Untuk mencegah puting susu kering dan mudah pecah, maka puting susu dan areola di rawat baik-baik dengan dibersihkan menggunakan air sabun atau biocream atau alkohol dengan jalan, menarik - narik keluar.
Tujuan Perawatan Payudara :
Perawatan Payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan payudara semasa hamil, yang mempunyai tujuan sebagai berikut :
1) Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi
2) Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet
3) Untuk menonjolkan puting susu
4) Menjaga bentuk buah dada tetap bagus
5) Untuk mencegah terjadinya penyumbatan
6) Untuk memperbanyak produksi ASI
7) Untuk mengetahui adanya kelainan
Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini mungkin yaitu 1 – 2 hari sesudah bayi dilahirkan. Hal itu dilakukan 2 kali sehari.

2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
2.3.1 Pengertian
Asuhan kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang dilakukan oleh bidan kepada klien yang mempunyai masalah kebidanan dengan menggunakan manajemen kebidanan. (Depkes, 1996)
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan-ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis, untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus kepada klien. (Hellen Varney, 1997)
2.3.2 Langkah-Langkah Dalam Asuhan Kebidanan
Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil penulis menggunakan manajemen kebidanan berdasarkan Hellen Varney yang menggunakan 7 langkah :
I. Pengkajian Data
Merupakan langkah awal untuk mendapatkan data tentang ibu hamil mulai anamnesa, pemeriksaan fisik dan seterusnya. Data tersebut diklasifikasikan sebagai data subyektif, obyektif dan penunjang.
A. Data Subyektif
Adalah data yang diperoleh dari hasil anamnesa langsung pada klien atau keluarga dan tim kesehatan. Dari anamnesa dapat kita peroleh data tentang klien yang meliputi :
1. Biodata
Biodata berisi identitas klien bersama suaminya yang meliputi nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, suku bangsa, alamat dan status perkawinan.
1. Keluhan utama
Ditanyakan apa yang dirasakan sekarang sehingga klien datang ke klinik dan petugas kesehatan.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Penyakit berat apa yang diderita klien yang dapat mempengaruhi kehamilannya (trauma, gangguan hati, hipertensi, DM, jantung, asma, tumor, haid terlalu lama atau terlalu sering).

3. Riwayat kesehatan yang lalu
Apakah menderita trauma, gangguan hati, hipertensi, DM, jantung, tumor, asma dan lain-lain.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ditanyakan apakah dalam keluarganya ada yang menderita penyakit menurun, menahun dan menular, apakah ada riwayat kembar.
5. Riwayat obstetri
a. Riwayat menstruasi
Terdiri dari menarche umur berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid berapa hari, lama haid, banyaknya, warna, bau, adakah keluhan sebelumnya, selama atau sesudah haid, bagaimana menstruasi, fluor albus atau tidak.
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Yang perlu ditanyakan adakah klien saat ini hamil ke berapa, keluhan yang dirasakan selama hamil, persalinan spontan atau tidak, aterm atau tidak, ditolong siapa dan dimana, adakah penyakit.
Nifas : Adakah kelainan, panas atau tidak.
Bayi : Jenis kelamin, hidup atau mati.
Kawin ke Kehamilan Persalinan Nifas
Ke UK Peny Penl Tmpt JP Peny BBL TBL Umur L/P ASI Peny













c. Riwayat kehamilan sekarang
Hamil ke berapa, HPHT tanggal berapa, HPL tanggal berapa, ANC (TM I, TM II, TM III), obat-obatan apa saja yang pernah didapat, imunisasi berapa kali, kapan, penyuluhan apa saja yang didapat selama hamil.
d. Riwayat gynekologi
Pengalaman yang berkaitan dengan penyakit kandungan, infertilitas, penyakit kelamin, tumor, kanker, sistem reproduksi, operasi, ginekologi.
6. Keadaan psikososial
Bagaimana keadaan pasien saat ini, bagaimana hubungan antara klien dengan suami, keluarga dan tetangganya, bagaimana respon klien terhadap petugas, keyakinan apa yang dianut.
7. Keadaan sosial budaya
Kebiasaan yang dilakukan di lingkungan klien dan keluarga baik yang bersifat menunjang maupun menghambat, jumlah anggota keluarga, siapa penentu keputusan dalam keluarga, dukungan moral dan materiil, keluarga atau pandangan dan penerimaannya.
8. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Bagaimana nafsu makannya, berapa kali makannya dalam sehari, bagaimana komposisinya, berapa banyak jumlah minumnya, apa saja minumnya (air putih, teh, susu, kopi).
b. Pola aktifitas
Hal yang perlu ditanyakan adalah kegiatan apa saja yang dilakukan sehari-hari, bila klien bekerja, mulai jam berapa, sampai jam berapa, dimana, ditanyakan sebelum dan selama hamil.
c. Pola eliminasi
Hal yang peru ditanyakan tentang pola BAK dan BABnya sebelum hamil dan selama hamil, terdapat keluhan atau tidak, berapa frekwensi dalam sehari, warna, konsistensinya, banyaknya, lancar atau tidak.


d. Pola istirahat atau tidur
Hal yang perlu ditanyakan, bagaimana tidurnya dalam sehari, berapa lama waktu tidurnya (jam berapa sampai jam berapa), ada gangguan tidur atau tidak, semua itu ditanyakan sebelum dan selama hamil.
e. Pola personal hygiene
Ditanyakan tentang berapa kali mandi dalam sehari, gosok gigi, ganti baju, mencuci rambut dalam seminggu berapa kali.
f. Pola seksualitas
Hal yang ditanyakan adalah sebatas frekuensi hubungan seksual dalam seminggu.

A. Data Obyektif
Adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik yang terdiri dari inspeksi (periksa pandang), palpasi (periksa raba), auskultasi (periksa dengar) dan perkusi (periksa ketuk) dan pemeriksaan yang terdiri dari :
1. Kesadaran umum
Bagaimana tingkat kesadarannya, postur tubuh, cara berjalan, tinggi badan, berat badan sebelum hamil, saat hamil dan berapa kenaikannya serta berapa ukuran LILAnya untuk mengetahui status gizi ibu.
2. Tanda-tanda vital
Tensi : 110/70 –140/90 mmHg
Nadi : 76 – 92x/menit
Suhu : 36,5 – 37,5oC
RR : 16 – 24x/menit
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Warna rambut, bentuk rambut, rambut tidak rontok, kulit kepala bersih atau tidak, rambut ada ketombe atau tidak.
Muka : Pucat atau tidak, ada cloasma gravidarum atau tidak, ada oedem atau tidak.
Mata : Simetris atau tidak, strabismus atau tidak, konjungtiva merah muda atau pucat, sklera putih atau tidak, ada sekret atau tidak, palpebra atau tidak.
Hidung : Simetris atau tidak, ada sekret atau tidak, ada polip atau tidak, ada PCH atau tidak.
Mulut dan gigi : Bibir lembab atau tidak, ada stomatitis atau tidak, ada caries atau tidak, kotor atau tidak, gusi berdarah atau tidak, ada gigi palsu atau tidak, lidah bersih atau tidak.
Telinga : Simetris atau tidak, ada serumen atau tidak.
Leher : Ada pembesaran kelenjar tyroid atau tidak, ada pembendungan vena jugularis atau tidak, ada lesi atau tidak.
Dada : Simetris atau tidak, putting susu menonjol atau tidak, ada hiper pigmentasi atau tidak, sudah keluarga colostrum atau tidak.
Axilla : Bersih atau tidak, ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak.
Abdomen : Simetris atau tidak, adakah pembesaran hepar, ada luka operasi atau tidak, terdapat striae albican atau tidak, linea nigra atau tidak.
Punggung : Simetris atau tidak, ada kelainan tulang belakang atau tidak.
Anus : Bersih atau tidak, ada lesi atau tidak, ada hemorroid atau tidak.
Ekstremitas atas : Bersih atau tidak, ada lesi atau tidak, adakah kelainan pada jari, ada kelainan gerak atau tidak, ada polidaktil, sindaktil, brachidaktil atau tidak.
Ekstremitas bawah : Bersih atau tidak, ada lesi atau tidak, adakah kelainan pada jari, adakah kelainan gerak atau tidak, ada polidaktil, sindaktil, brachidaktil atau tidak.



b. Palpasi
Kepala : Ada nyeri tekan atau tidak, ada benjolan atau tidak.
Leher : Ada pembesaran kelenjar tyroid dan pembendungan kelenjar vena jugularis atau tidak.
Axilla : Ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak.
Dada : Ada benjolan atau tidak, palpasi keluar ASI atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak.
Abdomen :
Leopold I : Untuk menentukan dan bagian apa yang ada di fundus.
Leopold II : Untuk mengetahui bagian samping kanan kanan kiri ibu, jika letak lintang akan teraba kepala dan bokong.
Leopold III : Untuk menentukan bagian terbawah janin, apa sudah masuk PAP atau belum.
Leopold IV : Untuk menentukan seberapa jauh bagian terbawah janin masuk PAP.
c. Auskultasi
Dada : Ada wheezing dan ronchi atau tidak.
Abdomen : DJJ baru terdengar pada usia kehamilan 18 – 20 minggu, funandoskop daerah paling jelas  punctum maksimum, DJJ normal (120 – 160x/menit).
d. Perkusi
Abdomen : Kembung atau tidak.
Ekstremitas bawah : Reflek patella +/+.
4. Pemeriksaan panggul luar
a. Distansia spinarum : Jarak antara kedua SIAS kanan kiri (24 – 26 cm)
b. Distansia cristarum : Jarak terjauh antara kedua crista iliaka kanan dan kiri (26 – 29 cm)
c. Konjugata eksterna : (Bouldeleque) yaitu jarak antara tepi atas sympisis dan prosesus spinosus lumbal ke V (18 – 20 cm)
d. Lingkar panggul : Diukur dari sympisis ke pertengahan antara SIAS dan trokantor mayor dan kembali ke sympisis (80 – 90 cm)
5. Pemeriksaan laboratorium
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan di ruang laboratorium (urine, tinja, darah), untuk menegakkan diagnosa dan ketidaknormalan.
6. Pemeriksaan penunjang
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa (USG).

2.3.3 Langkah 2 : Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan
Yaitu diagnosa atau masalah yang ditegakkan berdasarkan data subyektif dan obyektif yang dikumpulkan, disampaikan dan dianalisa yang merupakan proses yang dinamik sesuai dengan perkembangan pasien yang cepat diketahui dan dapat digunakan untuk melakukan tindakan yang tepat.
Diagnosa : Ny. “…” G…P…., UK…minggu, hidup atau mati, tunggal atau ganda, letak kepala atau letak bokong, intrauterin atau ekstrauterin, keadaan jalan lahir normal atau tidak, keadaan umum ibu baik atau tidak.
DS : Data yang diambil mulai dari anamnesa klien.
DO : Data yang diperoleh dari pemeriksaan yang dilakukan oleh Nakes kepada klien dan dapat mendukung assasement.
- TTV
Tensi : 100/70 – 130/90 mmHg
Suhu : 36,5 – 37,5oC
Nadi : 76 – 92x/menit
RR : 16 – 24x/menit
- Palpasi
Leopold I : Untuk menentukan dan bagian apa yang ada di fundus.
Leopold II : Apakah yang ada di samping kanan kiri ibu, jika letak lintang akan teraba kepala dan bokong.
Leopold III : Untuk menentukan bagian terbawah janin, apa sudah masuk PAP atau belum.
Leopold IV : Untuk menentukan seberapa jauh bagian terbawah janin masuk PAP.
- HPHT : Hari pertama haid terakhir
- HPL : Hari perkiraan lahir
- UK : … minggu

2.3.4 Langkah 3 : Antisipasi Masalah Potensial
Mengidentifikasi masalah dan diagnosa potensial lainnya berdasarkan rangkaian dan diagnosa yang ada dan timbul bila tidak segera diatasi akan mengganggu keselamatan jiwa.

2.3.5 Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Segera
Merupakan langkah sebagai proses management tidak hanya pada pemberian pelayanan dasar pada kunjungan antenatal tetapi juga pada saat bidan berada dengan klien.

2.3.6 Langkah 5 : Intervensi
Yaitu pengembangan rencana yang merupakan langkah lanjutan setelah diagnosa ditegakkan. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang telah diubah teridentifikasi dari klien.
Diagnosa : Ny. “…” G…P…., UK…minggu, hidup atau mati, tunggal atau ganda, letak kepala atau letak bokong, intrauterin atau ekstrauterin, keadaan jalan lahir normal atau tidak, keadaan umum ibu baik atau tidak.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 30 menit diharapkan ibu mengerti tentang keadaan kehamilannya.
Kriteria : - KU ibu baik
- TTV dalam batas normal
- Kesadaran composmentis
- Ibu dapat mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh petugas
- Ibu dapat mengulang penjelasan yang diberikan oleh petugas
Intervensi
1. Lakukan pendekatan secara terapeutik dengan pasien dan keluarga.
Rasional : Dengan pendekatan terapeutik akan terbina hubungan baik, kerjasama dan kepercayaan antara pasien, keluarga dan petugas.
2. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan ibu dapat mengerti tentang keadaan kehamilannya saat ini.
3. Anjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi kerja berat dan untuk istirahat cukup ± 10 jam/hari.
Rasional : Dengan pekerjaan yang ringan dan istirahat yang cukup akan membantu relaksasi otot-otot.
4. Anjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang.
Rasional : Dengan makanan yang bergizi seimbang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan perkembangan janin.
5. Anjurkan ibu untuk minum tablet Fe (90 tablet (1x1) selama kehamilan)
Rasional : Zat besi sangat dibutuhkan untuk pembentukan darah, pada saat hamil kebutuhan zat gizi meningkat untuk menjaga kesehatan ibu dan mencegah terjadinya anemia pada kehamilan dan nifas.
6. Anjurkan ibu untuk minum tablet kalk setiap hari.
Rasional : Kalsium sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang janin, kebutuhan kalsium sehari-hari saat hamil ± 1 gram.
7. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene, mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, ganti celana dalam 3x/hari, ganti baju 2x/hari.
Rasional : Dengan begitu akan mencegah masuknya kuman-kuman penyebab infeksi ke dalam tubuh.
8. Berikan penyuluhan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan pada TM III.
Rasional : Dengan penyuluhan ibu lebih berhati-hati dalam kehamilannya dan mempercepat pula dalam mengambil keputusan jikalau adanya komplikasi kehamilan TM III.
9. Anjurkan ibu untuk mengikuti senam hamil.
Rasional : Untuk pembentukan sikap tubuh, latihan kontraksi dan relaksasi. Latihan pernafasan untuk mengatasi nyeri pada kala I persalinan.
10. Anjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya 2 minggu lagi atau jika ada keluhan atau jika terjadi tanda-tanda bahaya kehamilan TM III.
Rasional : Dengan pemeriksaan rutin dapat membantu mengetahui deteksi dini adanya kelainan pada ibu dan janin.

2.3.7 Implementasi
Yaitu pelaksanaan adalah realita dari rencana asuhan kebidanan yang telah disusun untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

2.3.8 Evaluasi
Yaitu langkah akhir dari proses manajemen kebidanan adalah evaluasi sebagian tindakan pengukuran antara kebersihan dan rencana serta evaluasi ini dibutuhkan atau dihentikan, apakah masalah dapat diatasi keseluruhannya.
Tanggal : ….. Jam : … WIB
Diagnosa : Ny. “…” G…P…., UK…minggu, hidup atau mati, tunggal atau ganda, letak kepala atau letak bokong, intrauterin atau ekstrauterin, keadaan jalan lahir normal atau tidak, keadaan umum ibu baik atau tidak.
S : Data yang diperoleh dari wawancara.
O : Data yang diperoleh dari observasi dan pemeriksaan.
A : Pernyataan gangguan dari atau yang terjadi atas subyektif dan obyektif.
P : Merupakan perencanaan yang dilakukan sesuai dengan diagnosa masalah.












BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
Tanggal pengkajian : 04 Maret 2010 Jam : 10.00 WIB
Tempat : KIA Puskesmas Cukir
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama ibu : Ny. “N” Nama suami : Tn. “D”
Umur : 24 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : - Penghasilan : ± Rp.1.200.000/bln
Kawin ke : I Kawin ke : I
Lama kawin : 4 tahun Lama kawin : 4 tahun
Alamat : Cukir – Jombang Alamat : Cukir – Jombang
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilan yang kedua dengan umur kehamilan 9 bulan.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan keadaannya saat ini baik-baik saja, tidak mengalami muntah berlebihan, pusing terus menerus, perdarahan, bengkak pada wajah, tangan dan kaki, pandangan kabur dan nyeri epigastrium. Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit menurun dan menahun seperti Hipertensi, Jantung, DM, Asma, dll.
4. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah ada menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, tidak pernah yang menderita penyakit menurun dan menahun seperti DM, Hipertensi, Asma, Jantung, dll. Ibu hanya pernah mengalami panas, batuk dan pilek biasa, tidak pernah mengalami kecelakaan yang berhubungan dengan alat-alat kandungan sehingga mengganggu kehamilan seperti patah tulang panggul dan tidak pernah operasi.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, ISK, tidak ada yang menderita penyakit menurun dan menahun seperti DM, Hipertensi, Asma, Jantung, dll serta tidak ada riwayat kembar dan riwayat cacat bawaan.
6. Riwayat obstetri
a. Riwayat menstruasi
Menarche : 14 tahun
Teratur/tidak : Teratur
Siklus : ± 28 hari
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : Hari 1 – 4 ganti pembalut 2-3 x/hari
Hari 5 – 7 ganti pembalut ± 2 x/hari
Warna : Hari 1 – 3 warna merah tua
Hari 4 – 5 warna merah segar
Hari 6 – 7 warna kecoklatan
Bau : Anyir
Konsistensi : Encer
Fluor albus : Ada, 2 hari sebelum menstruasi, warna putih, tidak berbau dan tidak gatal.

b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Kawin ke Kehamilan Persalinan Nifas
Ke UK Peny Penl Tmpt JP Peny BBL TBL Umur L/P ASI Peny
I 1
2 40 mg - bidan

BPS normal - 3700 50cm


3thn L 2thn -



c. Riwayat kehamilan sekarang
 Hamil ke : 2
 HPHT : 26 – 06 – 2009
 HPL : 03 – 04 – 2010
 UK : 36 minggu 3 hari (9 bulan)
 ANC
TM I : 2x di bidan dengan keluhan mual muntah
Terapi : Fe, B6, vit C
TM II : 2x di bidan, tidak ada keluhan
Terapi : Fe, kalk, Vit. C
TM III : 2x di bidan, tidak ada keluhan
Terapi : Fe, Vit. C, kalk
 Obat-obatan yang pernah didapat selama hamil :
Tidak ada, ibu tidak pernah menngkonsumsi obat-obatan terlarang yang dijual bebas, minum-minuman yang berakohol ataupun merokok dan tidak pernah minum jamu-jamuan.
 Imunisasi TT
TT 1 : SD kelas 2 TT 3 : CPW
TT 2 : SD kelas 6 TT 4 : UK 12 mgu

Penyuluhan didapat selama hamil
• Gizi seimbang ibu hamil
• Istirahat cukup
• Personal hygiene
• Eliminasi
• Senam hamil
 Pergerakan anak yang dirasakan (Quickening)
Gerakan janin dirasakan UK 16 minggu
d. Riwayat ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah keguguran, kuretase dan tidak pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan kehamilannya.


e. Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah melahirkan anak pertamanya ibu menggynakan KB suntik 3 bulan selama 2,5 tahun, selama pemakaian tidak ada keluhan.
7. Riwayat psikososial
Ibu mengatakan senang dan bahagia atas kehamilan anak yang selama ini diinginkan, hubungan ibu dengan suami, keluarga maupun tetangga baik.
8. Keadaan sosial budaya
Ibu mengatakan telah mengadakan selamatan pada usia kehamilan 3 dan 7 bulanan, tidak pernah tarak makanan, tidak pernah memijat kandungan dan minum jamu-jamuan.
9. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
 Sebelum hamil
Makan : 3x/hari ( porsi sedang, nasi 1 piring, tempe + tahu 1 potong, 1 ekor ikan, 1 mangkok kecil sayur)
Minum : 7 – 8 gelas/hari ( air putih, teh)
 Saat hamil
Makan : 2 – 3x/hari (porsi sedang, nasi 1 piring, tempe + tahu 1 potong, 1 ekor ikan kadang-kadang 1 butir telur, 1 mangkok kecil sayur kadang ditambah buah)
Minum : 7 – 8 gelas/hari (air putih, teh terkadang susu 1 gelas)

b. Pola aktifitas
 Sebelum hamil :
Semua pekerjaan rumah tangga dilakukan sendiri seperti menyapu, mencuci, mengepel dan memasak.
 Saat hamil
 Ibu tetap mengerjakan pekerjaan rumah tangga tetapi dibantu oleh suami dan keluarganya.
 Ibu melakukan perawatan payudara 1 x/hari selama 5 menit
 Ibu melakukan senam hamil 1 x/bulan


c. Pola istirahat
 Sebelum hamil
Siang : 12.00 – 14.00 WIB
Malam : 21.00 – 04.30 WIB
 Saat hamil
Siang : 11.00 – 12.00 WIB
Malam : 22.00 – 04.30 WIB

d. Pola eliminasi
 Sebelum hamil
BAK : 4 – 5 x/hari, berwarna kuning jernih, bau khas, tidak ada keluhan.
BAB : 1 - 2 x/hari, berwarna kuning, bau khas, konsistensi lunak, tidak ada keluhan.
 Saat hamil
BAK : 7 – 8 x/hari, berwarna kuning jernih, bau khas, tidak ada keluhan.
BAB : 1 x/hari, berwarna kuning, bau khas, konsistensi lunak, tidak keluhan.
e. Pola personal hygiene
 Sebelum hamil
Mandi 2 x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 3x/minggu, ganti pakaian luar dan dalam 2 x/hari, memotong kuku bila panjang.
 Saat hamil
Mandi 2–3 x/hari, gosok gigi 3x/hari, keramas 3x/minggu, ganti pakaian luar dan dalam 2–3 x/hari, memotong kuku bila panjang.
f. Pola seksualitas
- Sebelum hamil : 2 – 3x/minggu.
- Saat hamil
TM I : 1x/minggu, tidak ada keluhan
TM II : 2x/minggu, tidak ada keluhan
TM III : 1x/minggu, tidak ada keluhan


B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Postur tubuh : Lordosis
Cara berjalan : Tegak
TB : 157 cm
BB saat hamil : 62 kg
BB sebelum hamil : 51 kg
Kenaikan BB : 11 kg
LILA : 25 cm
2. Tanda-tanda vital
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,2 oC
RR : 22 x/menit

3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Bersih, rambut lurus, warna rambut hitam, tidak berketombe, tidaj ada kutu.
Muka : Tidak pucat, simetris, tidak ikterus, tidak terdapat cloasma geavidarum.
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada sekret, tidak strabismus.
Hidung : Bersih, tidak ada sekret, tidak ada lesi, tidak ada PCH.
Mulut dan gigi : Mukosa bibir lembab, tidak stomatitis, tidak labisckizis dan palatoskizis, lidah bersih, tidak epulis.tidak ada caries gigi, tidak ada gigi palsu, tidak ada pembesaran tonsil
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen
Leher : Bersih, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembengkakan vena jugularis.
Dada : Simetris, bersih, hyperpigmentasi areola mammae, papilla mammae menonjol, payudara membesar.
Axilla : Simetris, bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Abdomen : Tidak ada lesi, terdapat linea alba, linea nigra, striae livide, pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan, tidak ada luka bekas operasi
Punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang.
Genetalia : Bersih, tidak ada condiloma akuminata, tidak ada condiloma talata, tidak ada varises, tidak terdapat perdarahan pervaginam, tidak ada varices.
Anus : Berish, tidak ada hemoroid.
Ekstremitas atas : Simetris, tidak ada kelainan gerak, tidak ada kelainan jumlah jari, tidak ada lesi.
Ekstremitas bawah : Simetris, tidak ada kelainan gerak, tidak ada kelainan jumlah jari, tidak terdapat varises.
b. Palpasi
Kepala : Tidak ada benjolan, rambut tidak rontok.
Muka : Tidak oedem.
Mata : Tidak oedem palpebra.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada pembengkakan vena jugularis.
Axilla : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Mammae : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, putting susu menonjol.
Abdomen :
Leopold I : TFU 2 jari di bawah px (35cm), bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong).
TBJ : (35–11)x155 = 3720 gram.
Leopold II : Bagian kiri teraba keras, panjang seperti papan (PuKi), bagian kanan teraba bagian terkecil janin (ekstremitas).
Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat, keras, melenting (kepala). Kepala sudah masuk PAP.
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP sebagian kecil (konvergen).

Genetalia : Tidak ada oedem, tidak varices
Ekstremitas atas : Tidak ada oedem, tidak nyeri tekan.
Ekstremitas bawah : Tidak ada oedem, tidak nyeri tekan.
c. Auskultasi
Dada : Tidak ada wheezing dan ronchi.
Abdomen : DJJ  (12–11–12)x4=140 x/menit, punctum maximum di perut ibu sebelah kiri di bawah pusat, bising usus : 5 x/menit.
d. Perkusi
Abdomen : Tidak ada meteorismus
Reflek patella : +/+
4. Pemeriksaan panggul luar
Distansia spinarum : 26 cm
Distansi cristarum : 28 cm
Conjugata externa : 20 cm
Lingkar panggul : 88 cm
5. Pemeriksaan penunjang
Hasil laboratorium :
 Hb : 11,8 gr%
 Golongan darah : O
USG : tidak dilakukan

3.2 Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan
Diagnosa : Ny. “N” GII PI000I UK 36 minggu, tunggal, hidup, letak kepala, intra uterin, jalan lahir normal, KU ibu dan janin baik.
DS : Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya yang pertama dengan usia kehamilan 9 bulan.
DO : - Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Composmentis
 TTV
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,2 oC
RR : 22x/menit
 Pemeriksaan fisik
 Inspeksi
Muka : Simetris, bulat, tidak pucat, tidak ikterus.
Mammae : Simetris, bersih, hyperpigmentasi areola mammae, papila mammae menonjol, payudara membesar.
Abdomen : Pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan, tidak ada lesi, terdapat linea alba, linea nigra, striae livide.
 Palpasi
Mammae : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, putting susu menonjol.
Abdomen :
Leopold I : TFU 2 jari di bawah px (35 cm), bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong).
TBJ : (35–11)x155 = 3720 gram.
Leopold II : Bagian kiri teraba keras, panjang seperti papan (PUKI), bagian kanan teraba bagian terkecil janin (ekstremitas).
Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat, keras, melenting (kepala), kepala sudah PAP.
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP sebagian kecil (konvergen).
Genetalia : Tidak ada oedem, tidak ada varises
 Auskultasi
Abdomen : DJJ  (12–11–12) x 4 = 140 x/menit, punctum maximum di perut ibu sebelah kiri di bawah pusat, bising usus : 5 x/menit.

3.3 Antisipasi Masalah Potensial
-

3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
-

3.5 Intervensi
Diagnosa : Ny. “N” GII PI000I UK 36 minggu, tunggal, hidup, letak kepala, intra uterin, jalan lahir normal, KU ibu dan janin baik..
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1x30 menit diharapkan ibu dapat mengerti dan memahami tentang penjelasan yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
Kriteria hasil : - Ibu dapat mengerti dan dapat mengulang kembali penjelasan dari tenaga kesehatan.
Intervensi
a) Lakukan pendekatan secara terapeutik dengan pasien dan keluarga.
Rasional : Dengan pendekatan terapeutik akan terbina hubungan baik, kerjasama dan kepercayaan antara pasien, keluarga dan petugas.
b) Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan ibu dapat mengerti tentang keadaan kehamilannya saat ini.
c) Anjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi kerja berat dan untuk istirahat cukup ± 10 jam/hari.
Rasional : Dengan pekerjaan yang ringan dan istirahat yang cukup akan membantu relaksasi otot-otot.
d) Anjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang.
Rasional : Dengan makanan yang bergizi seimbang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan perkembangan janin.
e) Anjurkan ibu untuk minum tablet Fe (90 tablet (1x1) selama kehamilan)
Rasional : Zat besi sangat dibutuhkan untuk pembentukan darah, pada saat hamil kebutuhan zat gizi meningkat untuk menjaga kesehatan ibu dan mencegah terjadinya anemia pada kehamilan dan nifas.
f) Anjurkan ibu untuk minum tablet kalk setiap hari.
Rasional : Kalsium sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang janin, kebutuhan kalsium sehari-hari saat hamil ± 1 gram.
g) Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene, mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, ganti celana dalam 3x/hari, ganti baju 2x/hari.
Rasional : Dengan begitu akan mencegah masuknya kuman-kuman penyebab infeksi ke dalam tubuh.

h) Berikan penyuluhan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan pada TM III.
Rasional : Dengan penyuluhan ibu lebih berhati-hati dalam kehamilannya dan mempercepat pula dalam mengambil keputusan jikalau adanya komplikasi kehamilan TM III.
i) Anjurkan ibu untuk mengikuti senam hamil.
Rasional : Untuk pembentukan sikap tubuh, latihan kontraksi dan relaksasi. Latihan pernafasan untuk mengatasi nyeri pada kala I persalinan.
j) Anjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya 2 minggu lagi atau jika ada keluhan atau jika terjadi tanda-tanda bahaya kehamilan TM III.
Rasional : Dengan pemeriksaan rutin dapat membantu mengetahui deteksi dini adanya kelainan pada ibu dan janin.

3.6 Implementasi
Tanggal : 04 Maret 2010
Diagnosa : Ny. “N” GII PI000I UK 36 minggu, tunggal, hidup, letak kepala, intra uterin, jalan lahir normal, KU ibu dan janin baik.
1. Jam 10.10 WIB
Melakukan komunikasi terapeutik kepada pasien dengan cara memberitahukan bahwa petugas siap membantu apabila sewaktu-waktu diperlukan.
2. Jam 10.13 WIB
Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin saat ini baik.
 TTV
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,2 oC
RR : 22x/menit
 BB : 62 kg
 TFU : 35 cm
 DJJ  (12–11–12) x 4 = 140 x/menit



3. Jam 10.16 WIB
Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya TM III, seperti :
 Perdarahan Pervaginam
Yaitu keluarnya dari dari vagina yang bisa disebabkan oleh solusio plasenta dan plasenta previa, namun bisa juga karena perdarahan spontan.
 Ketuban Pecah Dini (KPD)
Yaitu keluarnya air ketuban/cairan yang banyak (bukan darah) dari vagina sebelum waktunya.
 Pergerakan Janin Berkurang
 Gerak janin tidak aktif seperti biasanya
 Janin sudah jarang bergerak
 Pre Eklamsi Berat
 Ciri-ciri : - Tekanan darah > 160/100 mmHg
 Protein urin +3 atau +4
 Oedema anasarka
 Eklamsi
 Ciri-ciri : - Tekanan darah > 160/100 mmHg
 Protein urin +3 atau +4
 Oedema anasarka
 Kejang - kejang

4. Jam 10.20WIB
Memberikan tablet Fe 500 mg (1x1) untuk menambah darah. Anjurkan ibu untuk minum obat yang diberikan tenaga kesehatan secara teratur (Fe, kalk dan vitamin) terutama Fe dan cara minumnya.
Cara meminum tablet Fe yang benar :
 Diminum dengan air jeruk, tidak boleh diminum dengan air teh, kopi atau susu karena dapat mengganggu penyerapan zat besi dalam tubuh.





5. Jam 10.22WIB
Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang.
Bahan Ibu Hamil TM III
Gram URT
Beras 400 2 gelas
Daging 75 3x kotak korek api tebal
Tempe 100 4x kotak korek api tebal
Sayur 300 Pada 3 gelas/daun 6 gelas
Buah (pepaya) 200 8x kotak korek api tebal
Susu 100 ½ gelas
Air 7 – 8 gelas/hari 7 – 8 gelas

6. Jam 10.25 WIB
Menjelaskan pada ibu tentang pentingnya senam hamil untuk memperkuat elastivitas otot-otot dasar panggul merangsang peredaran darah dan memperlancar peredaran darah dan menganjurkan ibu untuk istirahat cukup ± 10 jam/hari.
7. Jam 10.30 WIB
Menganjurkan ibu untuk kontrol kembali 2 minggu lagi (tanggal 18 Maret 2010) atau jika ada keluhan atau jika terjadi tanda-tanda bahaya kehamilan.

3.7 Evaluasi
Tanggal : 04 Maret 2010 Jam : 10.30 WIB
Diagnosa : Ny. “N” GII PI000I UK 36 minggu, tunggal, hidup, letak kepala, intra uterin, jalan lahir normal, KU ibu dan janin baik.
S : Ibu mengatakan bahwa sudah mengerti dan memahami tentang penjelasan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan ibu dapat mengulangi penjelasan tersebut.
O : - Keadaan umum : baik
- Ibu dapat mengulangi penjelasan yang diberikan oleh tenaga kesehatan
A : Ny. “N” GII PI000I UK 36 minggu, tunggal, hidup, letak kepala, intra uterin, jalan lahir normal, KU ibu dan janin baik.



P : Intervensi dilanjutkan di rumah
 Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang.
 Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup ± 10 jam/hari.
 Menganjurkan ibu untuk minum tablet Fe, kalk dan vitamin secara teratur.
 Menganjurkan ibu untuk segera menghubungi atau pergi ke tenaga kesehatan bila terlihat tanda-tanda bahaya kehamilan.
 Menganjurkan ibu untik mengurangi pekerjaan berat
 Memberitahu ibu tanda – tanda persalinan
 Menganjurkan kepada ibu untuk kontrol kembali 2 minggu lagi (tanggal 18 Maret 2010) atau jika ada keluhan atau jika terjadi tanda-tanda bahaya kehamilan.























BAB IV
PENUTUP


4.1 Kesimpulan
Setelah asuhan kebidanan pada Ny. “N” GIIP10001 UK 36 minggu, tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala, keadaan jalan lahir normal, keadaan umur ibu dan janin baik. Diperoleh data obyektif TTV : tensi : 110/80 mmHg, nadi : 84x/menit, suhu : 36,2oC, RR : 22x/menit, hiperpigmentasi areola mammae, putting susu menonjol, terdapat linea nigra.
Abdomen :
Leopold I : Teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong) TFU : 35 cm.
Leopold II : Sebelah kiri teraba keras seperti papan (punggung), sebelah kanan teraba bagian terkecil janin.
Leopold III : Bagian terendah teraba bulat, keras, melenting (kepala), kepala sudah masuk PAP.
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP sebagian kecil (konvergen).

Tidak ada komplikasi yang dapat membahayakan. Diagnosa GIIP10001, UK 36 minggu fisiologis, keadaan umum ibu baik.
Antisipasi masalah potensial tidak ada. Identifikasi kebutuhan segera tidak ada. Intervensinya pendekatan pada pasien dan keluarga, beritahu pada ibu tentang hasil pemeriksaan, lakukan pendekatan terapeutik pada klien, jelaskan pada ibu tentang ketidaknyamanan pada TM III, anjurkan ibu tentang tanda-tanda bahaya persalinan.
Implementasi dilakukan petugas kesehatan segera kolaborasi dan diteruskan pasien di rumah sendiri sebagai penanganan diri agar tidak terjadi komplikasi. Setelah intervensi dilaksanakan dievaluasi dan diperoleh hasil yaitu ibu dapat beradaptasi dengan kehamilannya di trimester III sehingga ibu merasa nyaman dengan kehamilannya.


4.2 Saran
4.2.1 Bagi Klien
Diharapkan klien mengerti tentang kehamilannya, keadaan janin dan dapat kooperatif dengan petugas kesehatan dalam melaksanakan asuhan kebidanan ini.
4.2.2 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat melaksanakan teori manajemen varney dalam praktek kebidanan.
4.2.3 Bagi Instansi
Sebagai bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan asuhan kebidanan dan perbandingan pada penanganan antenatal care.
4.2.4 Bagi Lahan Praktek
Mendapat fasilitas dalam melaksanakan asuhan manajemen Hellen Varney secara komprehensif.


DAFTAR PUSTAKA


Mochtar, Rustam (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta; EGC.
Prawirohardjo, Sarwono (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta; YBP-SP)
Manuaba, Ida Bagus Gde, (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandung dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta; EGC.
Saifuddin, Abdul, Bari (2000). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Unpadji. Obstetri Fisiologi. Fakultas Kedokteran UNPAD; Bandung.